Ahad 20 Dec 2020 12:30 WIB

Investasi untuk Eksplorasi Migas Tahun Ini Minim

Investasi eksplorasi migas hingga akhir tahun ini ditargetkan 10,8 miliar dolar AS.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Ladang pengeboran migas (ilustrasi)
Foto: AP PHOTO
Ladang pengeboran migas (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- SKK Migas mencatat, anggaran untuk melakukan eksplorasi memang lebih kecil dibandingkan anggaran untuk pengembangan (development). Padahal, eksplorasi merupakan upaya penting untuk bisa mencapai target peningkatan produksi minyak.

Direktur Operasi SKK Migas, Julius Wiratno menjelaskan investasi diproyeksikan hingga akhir tahun sebesar 10,8 miliar dolar AS. Porsi untuk ekplorasi hingga 30 November realisasinya sebesar 600 juta dolar AS.

Baca Juga

"Yang perlu dicermati biaya ekplorasi sangat kecil dari total investasi," kata Julius, Ahad (20/12).

Julius mengatakan kecilnya porsi investasi di kegiatan ekplorasi memang dikarenakan sifat dari kegiatan tersebut yang skala atau nilai ynga kecil seperti studi geologi dan geokimia (G&G), seismik dan lain sebagainya.

Ia mengatakan kegiatan yang membutuhkan pendanaan yang besar yakni kegiatan pengembangan (development). Di tahun lalu, porsi investasi untuk pengembangan mencapai 8,7 miliar dolar AS dan tahun ini hingga November mencapai 6,29 miliar dolar AS.

"Biaya development-nya yang menjadi besar, membuat facility dan sebagainya jauh lebih besar dibanding biaya eksplorasi," ujar dia.

Julius mengatakan yang bisa diperbesar dari kegiatan ekplorasi yakni kuantitas atau jumlah volume kegiatannya. Menurutnya, apabila Indonesia hanya melakukan pengeboran pada 40 sumur ekplorasi, jumlah tersebut dinilai kurang.

Lebih lanjut ia mengatakan jumlah kegiatan ekplorasi akan ditingkatkan di tahun-tahun mendatang untuk memastikan produksi migas di tanah air.

Dalam work program and budget (WP&B) 2021, angka investasi dipatok sebesar 12,3 miliar dolar AS. Kegiatan yang dilakukan antara lain melakukan pengeboran 43 sumur eksplorasi, survei seismik 2D sepanjang 3.569 km, survei seismik 3D seluas 1.549 km2, seismik vibroseis 2D sepanjang 1.000 km, full tensor gravity (FTG) open area di wilayah Papua sepanjang 67.500 km, dan pseudo 3D seismic open area sepanjang 270.000 km yang menjadikannya salah satu yang terpanjang di Asia Pasifik.

"Mau nggak mau ekplorasi harus digenjot, kalau nggak sustainability-nya bagaimana?," jelas dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement