Sabtu 19 Dec 2020 11:11 WIB

Mengenal Ghuluw, Melampaui Batas dalam Beragama

Kaum Khawarij masuk kategori orang-orang yang berlebihan itu

Seorang pejuang MUJAO, organisasi ekstremis Islam yang mengendalikan wilayah Gao, Mali Utara.
Seorang pejuang MUJAO, organisasi ekstremis Islam yang mengendalikan wilayah Gao, Mali Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, Alquran dan sunah menggunakan kata ghuluw untuk menggambarkan "melampaui batas" dalam beragama. Prof Quraish Shihab dalam bukunya berjudul Apa, Mengapa, Bagaimana Wasathiyyah menyebut ghuluw dalam berbagai bentuknya mengandung makna ketinggian yang tidak bia sa. Harga sesuatu barang yang lebih mahal dari yang biasa dilu kiskan dengan kata ghally. Air yang mendidih saat panas dilu kiskan dengan kata yaghaly-ghalayan meski belum mencapai batas akhir.

"Wahai ahli kitab, janganlah melakukan ghuluw (melampaui batas) menyangkut keberagamaan kamu. Jangan berucap/percaya menyangkut Allah kecuali yang hak." (QS an-Nisa:59).

Quraish Shihab beranalogi, jika ghaly dikatakan sebagai mahal, tidak berarti harga itu telah mencapai puncak batas kemahalan. Maksud mahal di sini sebatas pada harga sesuatu yang melampaui batas normal sehingga dibilang mahal.

Di dalam hadis, kata yang sama pun kerap digunakan. Sahabat Nabi Ibnu Abbas menyampaikan, Nabi SAW di atas untanya ketika melaksanakan haji. Pada hari pelemparan jumrah, Rasulullah meminta batu-batu untuk digunakan melontar. Ibnu Abbas Ra pun mengambil sekian batu kecil dengan ukuran yang biasa untuk melontar.

Saat batu-batu itu di dalam genggaman Nabi SAW, beliau bersabda, "Yang seperti inilah (besarnya) yang hendaknya kalian gunakan melontar." Kemudian, beliau bersabda, "Wahai seluruh manusia, hindarilah ghuluw (pelampauan batas) dalam keberagamaan. Karena yang membinasakan (umat) sebelum kamu adalah ghuluw dalam ke beragamaan." (HR Ibnu Majah).

Di dalam kadar yang lebih besar, berlebihan bisa dikatakan sebagai ekstrem. Sebuah kata yang diserap dari bahasa Inggris bermakna paling ujung, paling tinggi, paling keras, dan sebagainya. Bahasa Inggris mendefinisikannya sebagai the greatest gegree. Ghuluw memang berbeda dengan ekstremisme. Meski mirip, Quraish Shihab bertamsil, orang di barat masih membenarkan hal yang dilakukan selama tidak menimbulkan kekerasan atau pelanggaran hak asasi manusia (HAM).

Karena itu, makna ekstremitas adalah sesuatu yang telah melewati ujung. Di antara mereka ada yang membolehkan pelecehan simbol-simbol agama, bahkan terhadap para nabi dan tokoh-tokoh yang dihormati masyarakat. Andaikata tidak memboleh kan, mereka tidak mengecam pelakunya dengan dalih kebebasan berbicara.

Kaum Khawarij

Sejarah Islam mencatat kaum Khawarij masuk kategori orang-orang yang berlebihan itu. Mereka ada dalam satu golongan tubuh umat Islam. Mereka tidak sekadar pandai membaca Alquran dan memahaminya. Namun, pengetahuan mereka tentang Alquran tidak membuat mereka mengamalkannya.

Secara kuantitas, ritual iba dah mereka luar biasa. Mereka rajin shalat dan berpuasa. Nabi SAW bahkan menyebut ibadah yang dilakukan para sahabat ti dak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan mereka.

Namun, mereka gemar mengecap sesama Muslim sebagai kafir ketika tidak sepaham de ngan mereka. Mereka berpendapat jika pencuri adalah kafir. Begitu juga bagi mereka yang berbohong dan berzina. Mereka bahkan tidak segan-segan menghalalkan darah kaum Muslimin yang tidak sepemahaman dengan mereka.

Mereka muncul usai wafatnya Amirul Mukminin Umar bin Khattab RA. Kaum Khawarij bahkan memecah belah umat men jadi dua golongan, yakni mereka sendiri dan kelompok salaf— mereka yang mengikuti sunah Nabi. Kaum ini selanjutnya ber andil besar dalam peristiwa pembunuhan Usman bin Affan. Mereka pernah dikalahkan telak pada masa pemerintahan Ali RA. Meski demikian, kemunculan mereka diramalkan akan berlangsung hingga akhir jaman.

"Akan muncul sekelompok manusia dari arah timur yang mem baca Alquran tapi tidak me lewati tenggorokan mereka. Tiap kali generasi mereka putus, mun cul generasi berikutnya hingga generasi akhir mereka akan ber sama dajal." (HR Thabrani dan Ahmad).

Mahabenar Allah yang mela rang kita untuk bersikap berlebihan dalam menjalankan agama. Sebuah perintah yang amat rasio nal dalam menjaga keharmonisan hubungan di dalam umat Islam dan antar umat beragama pada umumnya. Wallahu a'lam.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement