Sabtu 19 Dec 2020 05:58 WIB

Meski Belum Syahadat, Mualaf Madina Su Menangis Baca Alquran

Mualaf Madina Su menilai Alquran adalah sumber inspirasi

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Mualaf Madina Su menilai Alquran adalah sumber inspirasi
Foto: Dok Istimewa
Mualaf Madina Su menilai Alquran adalah sumber inspirasi

REPUBLIKA.CO.ID, Seperti umumnya orang Korea Selatan, pada mulanya Madina Su tidak begitu mengacuhkan Islam.

Agama ini tampak begitu jauh dan bahkan cenderung identik dengan Arab atau Asia Barat (Timur Tengah). Namun, akhirnya perempuan yang lahir di Incheon itu tidak hanya mengenal, tetapi juga memeluk Islam hingga saat ini.

Baca Juga

"Kebanyakan orang tidak tahu agama Islam, atau berpikir itu adalah cerita dari dunia lain.  Saya juga tidak berbeda.  Bagi saya, agama Islam adalah cerita tentang negeri yang jauh.  Tapi sekarang saya masuk Islam, dan saya kagum dan bahagia hidup sebagai seorang Muslim,"ujar dia kepada Republika.co.id beberawa waktu lalu.

Madina adalah seorang pekerja kantoran biasa.  Dan dia suka bepergian ke luar negeri. Kisahnya tertarik menjadi Muslimah berawal dari keakrabannya dengan Muslim di dunia maya satu setengah tahun lalu.  

Satu ketika dia tiba-tiba mendapat ide untuk pergi dan tinggal di luar negeri.  Ada kerinduan akan kehidupan asing saat itu. Berpikir tentang apa yang harus dilakukan di negara asing, dan memutuskan untuk mempersiapkan kualifikasi guru bahasa Korea. 

Madina lantas mengambil ujian kualifikasi guru bahasa Korea. Setelah berhasil lulus, perempuan ini tidak langsung mendaftar pada plat form kursus bahasa asing itu. 

Alih-alih demikian, ia membuka kelas gratis melalui akun media sosialnya. Dan, ternyata cukup banyak peminatnya. Tidak sedikit peserta kelasnya yang berasal dari negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan Malaysia. Barangkali, menurut dugaannya, hal itu seturut dengan maraknya gelombang K-Pop yang merambah hingga region tersebut.

Siapa sangka, inilah awal mulanya Madina berjumpa dengan komunitas Muslim. Beberapa orang yang menghadiri kelas jarak-jauh adalah Muslim. Beberapa di antara mereka merupakan perempuan yang mengenakan hijab. 

Saat itu, Madina terbawa arus narasi yang memandang hijab sebagai simbol ketertindasan kaum perempuan. Dia tidak memahami, mengapa ada wanita yang rela menjadikan dirinya sebagai objek penindasan. Kalau mengenang momen itu, ia merasa dirinya seperti halnya orang-orang Korea Selatan yang belum mengenal lebih dekat ajaran Islam.

"Jadi saya pikir mereka memakai jilbab dengan mencuci otak atau memaksa.  Dan ketika saya dekat dengan mereka, saya dengan hati-hati meminta pendapat tentang hijab. Dan mereka menjawab bahwa mereka menyukai hijab dan mengenakannya sendiri. Saya pun terkejut dengan jawaban mereka," ujar dia. 

Setelah menghabiskan lebih banyak waktu dengan mereka, pandangan Madina berubah. Ternyata mereka memiliki sikap yang baik termasuk kepadanya. Bahkan jika dia melakukan sesuatu yang salah atau melanggar janji, mereka tidak pernah marah dan tetap bersikap ramah.   

Itu juga merupakan pengalaman yang luar biasa sebagai orang Korea. Karena orang Korea sopan, tapi mereka agak berhati dingin. Secara khusus, orang Korea cenderung sedikit acuh tak acuh satu sama lain tanpa memberikan kebaikan tanpa alasan kepada orang lain yang tidak kita kenal dengan baik. Kebaikan dan keramahan Muslim yang tanpa alasan itu membuatnya kagum.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement