Sabtu 19 Dec 2020 00:11 WIB

Milenial akan Jadi Kekuatan Bank Syariah Indonesia

Penggabungan diharapkan membawa efisiensi dan menggarap sektor yang belum tersentuh.

Rabu Hijrah bekerja sama dengan Forum Silaturahmi Studi Ekonomi islam (FoSSEI) menggelar Diskusi Internasional dengan tema Karpet Merah Bank Syariah Indonesia. Adapun pembicara pada diskusi kali ini adalah Iman Sastra Mihajat, Oman Arab Bank; Wahyu Jatmiko, Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) United Kingdom; Kindy Miftah, Young Islamic Bankers; Hendro Wibowo, Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI); dan Arief Rosyid Hasan, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).
Foto: FOSSEI
Rabu Hijrah bekerja sama dengan Forum Silaturahmi Studi Ekonomi islam (FoSSEI) menggelar Diskusi Internasional dengan tema Karpet Merah Bank Syariah Indonesia. Adapun pembicara pada diskusi kali ini adalah Iman Sastra Mihajat, Oman Arab Bank; Wahyu Jatmiko, Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) United Kingdom; Kindy Miftah, Young Islamic Bankers; Hendro Wibowo, Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI); dan Arief Rosyid Hasan, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melakukan penggabungan (merger) tiga bank syariah BUMN yakni BRI Syariah, BNI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri. Pada 11 Desember lalu, ketiga bank ini resmi ditetapkan menjadi PT Bank Syariah Indonesia dengan harapan akan memiliki modal besar yang nantinya bisa naik kelas menjadi Bank Buku IV.

Perwakilan dari Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Arief Rosyid mengatakan, penggabungan ini sudah diwacanakan sejak 2015. Melalui perjalanan yang panjang, akhirnya penggabungan ini bisa terlaksana pada 2020.

"Ini merupakan langkah yang monumental dan bersejarah. Bukan hanya bagi masa depan perbankan syariah di Indonesia, tapi juga di dunia," kata Arief, dalam keterangannya, Jumat (18/12).

Ia menambahkan, faktor lain yang mendukung akselerasi kemajuan bank syariah di Indonesia adalah kekuatan milenial, baik di dalam maupun di luar struktur. "Di samping itu, kita juga perlu terus mengembangkan potensi bank digital yang saya sebut dengan Bank 5.0. Sudah saatnya dua elemen ini bersinergi dan mendukung kemajuan ekonomi syariah kita," kata dia menambahkan.

Sementara itu, perwakilan dari Oman Arab Bank, Iman Sastra Mihajat mengatakan potensi penggabungan ini berpotensi bersaing di kancah global. Menurutnya, Indonesia sangat berpotensi untuk mengejar Top 10 Bank Syariah Dunia jika pemerintah menaruh fokus di situ.

Jika Indonesia ingin masuk ke dalam Top 10 Bank Syariah Dunia, tidak bisa berhenti hanya di penggabungan ketiga bank tersebut. Iman mengatakan, perlu ada konversi salah satu bank konvensional BUMN menjadi bank syariah.

"Saya melihat langkah ini sangat positif. Merger ketiga bank syariah milik Himbara ini sudah masuk ke radar global, tinggal bagaimana kita memainkannya di pasar global nanti," kata Iman.

Saat ini, hasil penggabungan belum bisa mencapai Bank Buku IV. Namun, Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Hendro Wibowo mengatakan dalam waktu dua atau tiga tahun bisa mencapai Bank Buku IV.

Lebih lanjut, Hendro juga berharap agar penggabungan ini tidak menjadi predator dari bank syariah lainnya. Sebaliknya, ia berharap penggabungan ini membawa efisiensi dan menggarap sektor yang belum tersentuh. 

sumber : Inas Widyanuratikah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement