Jumat 18 Dec 2020 19:17 WIB

Cerita Perawat RS Temani Pasien Covid-19 Meregang Nyawa

Seorang pasien Covid-19 berusia 80 tahun meninggal sambil memegang tangan perawat.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Perawat Covid-19 (Ilustrasi). Tak ingin pasiennya meninggal sendirian, seorang perawat mendampingi perempuan berusia 80 tahun yang positif Covid-19 meregang nyawa.
Foto: AP/Jorge Saenz
Perawat Covid-19 (Ilustrasi). Tak ingin pasiennya meninggal sendirian, seorang perawat mendampingi perempuan berusia 80 tahun yang positif Covid-19 meregang nyawa.

REPUBLIKA.CO.ID, GREENVILLE -- Perawat unit perawatan intensif (ICU) di Greenville Memorial Hospital, South Carolina, Amerika Serikat, Mike Gatlin, membagikan cerita yang sangat menyentuh. Dia menemani pasien Covid-19 yang meregang nyawa hingga akhir napas.

"Saya tidak ingin pasien ini meninggal sendirian. Jadi saya tetap di sampingnya, memegang tangannya sampai napas terakhirnya," kata Gatlin.

Baca Juga

Juli 2020 silam, kasus Covid-19 di South Carolina meningkat drastis. Gatlin menyampaikan, pasien perempuan yang dia temani itu berusia 80-an.

Gatlin merawatnya selama dua hari dan tahu kondisinya akan segera memburuk. Keluarganya pun sudah menyetujui untuk melepaskan alat bantuan hidup.

Untuk kepentingan privasi, nama dan keluarga pasien tidak diungkapkan. Gatlin mengatakan, ada tiga anggota keluarga pasien yang saat itu diizinkan berkunjung. Sama seperti dia, mereka harus memakai alat pelindung.

Ketika Gatlin menemani mereka melihat pasien, semua keluarga menangis, tapi tidak bisa berbuat banyak karena berada di ruang perawatan dan memakai pakaian pelindung. Gatlin sangat sedih melihat itu semua.

Setelah beberapa menit, mereka memberi tahu Gatlin bahwa terlalu menyedihkan untuk berada di sana dan mereka harus pergi. Rekan perawat lain membawa tiga anggota keluarga itu ke ruang tunggu, sementara Gatlin tinggal bersama pasien.

"Itu selalu sulit, tapi saya mencoba menempatkan diri saya pada posisi orang lain dan saya tidak ingin anggota keluarga saya meninggal sendirian. Saya bisa menjadi pengganti untuk keluarga yang tidak dapat hadir," ungkap Gatlin.

Menurut pria yang pernah bertugas di Angkatan Udara itu, semua perawat dan petugas kesehatan selalu bersedia untuk merawat dan mendukung pasien serta keluarganya. Dia menjamin itu sudah pasti dan tidak perlu lagi disebut.

Gatlin juga kerap berbagi semangat dan bertukar pengalaman dengan sesama pekerja perawatan kesehatan. Bagi dia, itu latihan dan pelajaran penting untuk selalu menyisihkan waktu bagi diri dan keluarganya.

"Kami (Gatlin dan istrinya) punya anak perempuan kembar, berumur 16 bulan. Ketika mereka melihat saya, mereka langsung bahagia dan tidak tahu apa saja yang telah saya alami. Memang tidak menjadi masalah apa yang ayah lihat," tutur Gatlin, dikutip dari laman USA Today, Jumat (18/12).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement