Jumat 18 Dec 2020 18:37 WIB

UGM Pimpin Inovasi Seputar Covid-19

Peneliti UGM bersatu pula mengembangkan vaksin Merah Putih.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Rektor Universitas Gadjah Muda (UGM) Panut Mulyono.
Foto: Republika/Fauzi Ridwan
Rektor Universitas Gadjah Muda (UGM) Panut Mulyono.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Selama pandemi 2020 ini, beberapa inovasi yang dihasilkan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta memasuki tahap komersial. Salah satunya penambahan vitamin D ke produk kosmetika yang diluncurkan komersial sebagai produk pelembab kulit.

Ada pula suplemen kesehatan vitamin D larut air yang bisa untuk segala usia dan sudah diproduksi dan dipasarkan untuk masyarakat. Kemudian, ada OST-D, suplemen kesehatan vitamin D yang dapat diteteskan ke semua makanan dan minuman.

Inovasi deteksi cepat Covid-19 berupa hidung elektronik atau GeNose berbasis kecerdasan buatan selesai tahap akhir dan siap diproduksi massal. GeNose adalah sistem sensor buatan, mendeteksi seseorang terpapar melalui embusan napas.

Selain itu, ada Ventitalor Venindo V-01 versi high-end untuk ICU yang lolos uji kalibrasi yang dilakukan oleh Tim Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK), Kementerian Kesehatan. Selanjutnya, ada Venindo V-01 memasuki tahap uji klinis.

Mereka mengikuti jejak Venindo R-03 yang lebih dulu mengikuti uji klinis RSUP Dr Sardjito. Rektor UGM, Prof Panut Mulyono menekankan, peneliti UGM bersatu pula mengembangkan Vaksin Merah Putih sebagaimana dimandatkan Kemenristek/BRIN.

"Hal yang menarik dari UGM adalah bahwa dalam konsorsium tersebut, UGM tidak hanya sedang mengembangkan kandidat vaksin untuk SARS-Cov 2, tapi sekaligus mengembangkan karbonat apatit sebagai adjuvan vaksin," kata Panut, Jumat (18/12).

Sampai saat ini, hanya alum yang mendapatkan persetujuan dunia sebagai ajuvan vaksin, walau dalam praktiknya sering timbulkan masalah seperti pembengkakan setelah vaksinasi. Karenanya, UGM menawarkan adjuvan vaksin baru kepada dunia.

Yang mana, memungkinkan penghantaran vaksin sampai ke target dapat dilakukan secara efektif. Tidak cuma itu, adjuvan vaksin baru yang ditawarkan UGM akan membuka peluang needle free vaccination (tanpa jarum) untuk masyarakat luas.

Panut menekankan, UGM akan melewati pandemi Covid-19 memasuki era universitas global yang lebih terbuka. Sekaligus, sebagai institusi terpandang, mata air pengetahuan, teknologi, dan peradaban, serta terbuka peluang inovasi.

Baik dalam platform, delivery, konten ilmu dan teknologi berbasis riset bagi komunitas mahasiswa, dosen dan akademisi manapun di dunia. Ranah pengabdian masyarakat, UGM akan terus menjadi sumber ide dan model solusi.

"Untuk persoalan-persoalan kemanusiaan dan kesejahteraan masyarakat yang saling gotong-royong dan memberikan kontribusi sesuai kekhasan budaya masing-masing," ujar Panut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement