Kamis 17 Dec 2020 23:43 WIB

Kerabat Tokoh Muhammadiyah di Balik Nama Nahdlatul Ulama

Kerabat tokoh Muhammadiyah ikut menyumbangkan ide nama NU

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Kerabat tokoh Muhammadiyah ikut menyumbangkan ide nama NU. (ilustrasi) logo nahdlatul ulama
Foto: tangkapan layar wikipedia
Kerabat tokoh Muhammadiyah ikut menyumbangkan ide nama NU. (ilustrasi) logo nahdlatul ulama

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –   Sebagai salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama banyak melahirkan tokoh dan ulama. Salah satu ulama yang besar melalui NU adalah Sayyid Alwi Abdul Aziz al-Zamadghon. Namun, namanya mungkin tidak begitu populer di kalangan umat Islam Indonesia.  

Namanya bahkan hampir terlupakan di kalangan NU sendiri. Padahal, ulama yang lazim dipanggil Kiai Mas Alwi ini juga merupakan muassis dan pemberi nama NU. Ia adalah putra seorang kiai besar bernama Abdul Aziz Al-Zamadghon, yang merupakan salah satu keluarga Sunan Ampel.

Baca Juga

Tahun kelahiran KH Mas Alwi sendiri tidak diketahui secara pasti. Namun, pada saat awal berdirinya NU pada 1926, Kiai Mas Alwi telah berusia 35 tahun. Karena itu, Kiai Mas Alwi diperkirakan lahir sekitar 1890-an.

Sejauh ini juga belum ditemukan data yang cukup mengenai masa kecil Kiai Mas Alwi dan silsilah keluarganya secara lengkap. Sedangkan pendidiknnya, seperti ulama NU pada umumnya sejak kecil ia sudah belajar dari pesantren ke pesantren lainnya.

Kiai Mas Alwi adalah sepupu dari KH Mas Mansur, tokoh Muhammadiyah asal Surabaya yang menjadi pahlawan nasional. Seperti halnya Kiai Mas Mansur, Kiai Mas Alwi juga merupakan pendiri sekolah Nahdlatul Wathon dan pernah belajar di pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan, Madura.

Setelah belajar di Pulau Madura, ia melanjutkan sekolah di Pesantren Siwalan Panji, Sidoarjo, Jawa Timur. Tidak hanya belajar di Indonesia, Kiai Mas Alwi juga sempat melanjutkan rihlah ilmiahnya ke tanah suci Makkah. Hingga kemudian berkeliling Eropa untuk mendalami isu pembaharun Islam.

Setelah pulang ke tanah air, Kiai Mas Alwi kemudian membuka warung di Jalan Sasak Ampel, Surabaya. Dia juga mengajar di sekolah Nahdlatul Wathon. Sementara, di Tanah Air para ulama telah berencana membuat organisasi yang bisa menyatukan para ulama.

Sebagaimana disebutkan dalam kisah berdirinya NU oleh KHR As'ad Syamsul Arifin, sebelum 1926 Hadrastusyekh KH Hasyim Asy’ari telah berencana membuat Jami'iyah Ulama, organisasi perkumpulan para ulama.

Para kiai pada saat itu mengusulkan beberapa nama untuk organisasi tersebut. Sedangkan Kiai Mas Alwi mengusulkan nama Nahdlatul Ulama. Lantas Kiai Hasyim bertanya, "Mengapa harus pakai Nahdlatul, kok tidak jam'iyah ulama saja?"

Kiai Mas Alwi pun menjawab, "Karena tidak semua kiai memiliki jiwa nahdlah (bangkit). Ada kiai yang sekadar mengurusi pondoknya saja, tidak mau peduli terhadap jam'iyah.”

Keterangan tersebut berasal lisan H Solahuddin Azmi, putra KH Mujib Ridlwan yang merupakan cucu pencipta lambang NU, KH Ridlwan Abdullah. Setelah mendengar usulan Kiai Mas Alwi, akhirnya para kiai menyepakati nama Nahdlatul Ulama untuk organisasi tersebut.    

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement