Jumat 18 Dec 2020 03:00 WIB

Neraca Perdagangan November Surplus 2,61 Miliar Dolar AS

Neraca Perdagangan November Surplus sebesar 2,61 Miliar Dolar AS.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Muhammad Hafil
 Neraca Perdagangan November Surplus 2,61 Miliar Dolar AS. Foto ilustrasi: Pasokan cabai merah (ilustrasi). Kebutuhan konsumsi nasional untuk cabai besar mencapai 254.670 ton. Sementara produksi sebesar 281.712 ton atau surplus sebesar 27.042 ton.
Neraca Perdagangan November Surplus 2,61 Miliar Dolar AS. Foto ilustrasi: Pasokan cabai merah (ilustrasi). Kebutuhan konsumsi nasional untuk cabai besar mencapai 254.670 ton. Sementara produksi sebesar 281.712 ton atau surplus sebesar 27.042 ton.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatat surplus pada November 2020. Angka tersebut melanjutkan tren surplus neraca perdagangan yang telah terjadi sejak periode Mei 2020.

“Surplus perdagangan November 2020 mencapai 2,61 miliar dolar AS. Meskipun surplusnya menurun dibandingkan surplus Oktober lalu yang sebesar 3,58 miliar dolar AS, surplus November ini merupakan surplus tertinggi ketiga yang dicatatkan sepanjang 2020,” ujar Menteri Perdagangan Agus Suparmanto dalam keterangan resmi, Kamis (17/12).

Baca Juga

Surplus perdagangan November, kata dia, berbeda dengan surplus yang

terjadi sebelumnya. Surplus ini terjadi karena adanya pertumbuhan ekspor lebih tinggi dari pertumbuhan impor, bukan akibat impor yang melemah lebih dalam dibanding ekspor.

Mendag menjelaskan, surplus neraca perdagangan Indonesia periode November 2020 bersumber dari surpus sektor nonmigas sebesar 2,94 miliar dolar AS dan defisit migas sebesar 322,9 juta dolar AS. Meskipun defisit migas November mengalami penurunan, namun surplus neraca perdagangan secara total lebih rendah dibandingkan surplus Oktober lalu.

Penurunan surplus neraca perdagangan November ini dilatarbelakangi adanya penurunan surplus nonmigas yang cukup besar jika dibandingkan surplus nonmigas Oktober. Surplus neraca nonmigas November 2020 sebesar 2,94 miliar dolar AS, turun 1,10 miliar dolar AS dibandingkan surplus neraca nonmigas Oktober 2020 yang sebesar 4,04 miliar dolar AS.

Sementara pada sisi migas, kata dia, defisit neraca migas November sebesar 322,9 juta dolar AS. Angka itu turun 142,5 juta dolar AS dibandingkan defisit migas pada Oktober lalu yang sebesar 465,4 juta dolar AS.

Ekspor November 2020 Tumbuh Lampaui Kinerja Ekspor November 2019

Pada November 2020 ekspor Indonesia tercatat sebesar 15,28 miliar dolar AS. Angka itu tumbuh 6,36 persen (MoM) atau 9,54 persen year on year (yoy).

Mendag menyampaikan, pertumbuhan ekspor November 2020 didorong terjadinya pertumbuhan ekspor antara lain produk lemak dan minyak nabati naik, bahan bakar mineral, besi dan baja, serta mesin dan peralatan dari mesin. Secara sektoral semua sektor berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekspor November, sektor pertanian tumbuh 6,33 persen (MoM) atau 33,33 persen (yoy), sektor manufaktur 2,95 persen (MoM) atau 14,47 persen (yoy), dan sektor pertambangan naik 25,08 persen (MoM) atau menurun 2,05 persen (yoy).

Di tengah pandemi pandemi Covid-19, secara kumulatif total ekspor Indonesia selama Januari sampai November 2020 mencapai 146,78 miliar dolar AS. Sedikit mengalami penurunan yaitu 4,22 persen (yoy).

Pada sektor nonmigas, sepanjang Januari sampai November 2020 ekspor sektor nonmigas turun sebesar 2,18 persen, begitu juga dengan ekspor sektor migas turun 31,59 persen. “Ekspor bulan November semakin menunjukkan perkembangan pemulihan perekonomian global yang semakin baik. Menjelang setahun merebaknya pandemi Covid-19, masyarakat dunia kini semakin baik beradaptasi dalam menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus corona. Maka masyarakat dapat terus beraktivitas dan bekerja dengan produktif sehingga aktivitas perekonomian global ikut membaik,” jelas Mendag.

Nilai ekspor Indonesia pada November 2020 ke negara mitra utama terus tumbuh, antara lain ke Tiongkok tumbuh 16,17 persen (MoM), Jepang tumbuh 11,67 persen (MoM), India tumbuh 10,04 persen (MoM), Australia 16,56 persen (MoM), dan Korea Selatan tumbuh 7,12 persen (MoM). Kinerja ekspor di beberapa negara di kawasan ASEAN dan Uni Eropa juga masih terus tumbuh.

Di antaranya ekspor ke Malaysia dan Thailand masing-masing sebesar 24,5 persen dan 8,79 persen. Kemudian ke Jerman dan Belanda sebesar 35,38 persen (MoM) dan 7,52 persen (MoM).

Impor Semua Kelompok Barang pada November 2020 Menguat Impor Indonesia pada November 2020 tumbuh 17,40 persen (MoM) mencapai 12,66 miliar dolar AS. Sementara jika dibandingkan November 2019 impor turun cukup dalam sebesar 17,46 persen.

Peningkatan impor November 2020 ini disebabkan adanya peningkatan impor migas sebesar 0,59 persen (MoM) dengan nilai 6,3 juta dolar AS dan peningkatan impor nonmigas sebesar 19,27 persen (MoM) dengan nilai mencapai USD 1,87 miliar. Peningkatan impor migas sejalan dengan peningkatan konsumsi energi dan aktivitas masyarakat.

Sementara, lonjakan impor nonmigas yang cukup tinggi mencapai 11,58 miliar dolar AS atau naik 19,27 persen (MoM) namun turun 12,33 persen (yoy). Hal itu disumbang dari impor produk golongan mesin dan perlengkapan elektrik yang meningkat 23,82 persen (MoM) atau sebesar 354,4 juta dolar AS.

Secara penggunaan barang, pertumbuhan impor terbesar berasal dari impor barang modal dengan pertumbuhan mencapai 31,54 persen (MoM) dengan nilai USD 2,43 miliar. Diikuti pertumbuhan impor barang konsumsi yang mencapai 25,52 persen (MoM) dengan nilai 1,3 miliar dolar AS dan bahan baku atau penolong yang mencapai 13,02 persen (MoM) dengan nilai 8,93 miliar dolar AS.

Mendag mengungkapkan, peran golongan bahan baku atau penolong mencapai 70,51 persen dari total impor Indonesia pada November 2020.

Secara kumulatif, nilai impor Indonesia pada Januari sampai November 2020 mencapai 127,13 miliar dolar AS, turun

sebesar 18,91 persen yoy.

Selama Januari sampai November 2020 nilai impor seluruh golongan penggunaan barang turun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Di antaranya penurunan terjadi pada kelompok barang konsumsi (turun 12,59 persen yoy), bahan baku atau penolong

(turun 19,78 persen yoy), dan barang modal (turun 18,61 persen yoy).

Impor nonmigas Indonesia selama Januari sampai November 2020 didominasi impor barang asal Tiongkok dengan nilai 34,91 miliar dolar AS dengan pangsa 30,53 persen total impor nonmigas Indonesia. Kemudian Jepang 9,77 miliar dolar AS (8,54 persen), dan Singapura 7,38 miliar dolar AS (6,45 persen).

Sementara itu secara kawasan, impor nonmigas dari ASEAN mencapai 21,16 miliar dolar AS dan berkontribusi sebesar 18,50 persen terhadap impor nonmigas Indonesia. Sedangkan impor dari kawasan Uni Eropa tercatat sebesar 9,06 miliar dolar AS dengan pangsa 7,92 persen.

“Selama pandemi Covid-19 ini, pangsa impor dari Tiongkok mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dilatarbelakangi pemulihan pandemi Covid-19 yang relatif cepat di Tiongkok dibandingkan dengan negara lain sehingga pasokan dari Tiongkok menjadi alternatif utama bagi pasar Indonesia,” jelas Mendag. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement