Kamis 17 Dec 2020 20:09 WIB

Tiga Sektor Unggulan Pembangunan Perikanan Kabupaten Merauke

Dua di antaranya adalah perikanan tangkap dan perikanan budidaya.

Pakar  kelautan dan perikanan IPB University, Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS menjadi narasumber FGD BKIPM-Kementerian Kelautan dan Perikanan Merauke, Rabu (16/12).
Foto: Dok RD Institute
Pakar kelautan dan perikanan IPB University, Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS menjadi narasumber FGD BKIPM-Kementerian Kelautan dan Perikanan Merauke, Rabu (16/12).

REPUBLIKA.CO.ID, MERAUKE – Pakar  kelautan dan perikanan IPB University, Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS menyebutkan, Kabupaten Merauke, Papua, mempunyai tiga sektor unggulan pembangunan perikanan. “Ketiga sektor unggulan tersebut adalah perikanan tangkap, perikanan budidaya, serta pengolahan dan pemasaran hasil perikanan,” kata Prof Rokhmin Dahuri saat menjadi narasumber Focus Group Discussion (FGD) BKIPM- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Merauke, Rabu (16/12).

Ia mengemukakan, bicara perikanan tangkap, pada  tahun 2018, produksi perikanan laut Merauke sebesar 54.461 ton. Jumlah ini setara  6,9 persen  potensi sumberdaya ikan (SDI)  Laut Arafura.

Sementara itu, bicara perikanan budidaya, sebagian besar produksi perikanan budidaya Merauke dihasilkan dari kolam. “Adapun komoditas unggulan di antaranya ikan mas, lele, nila, gurame, dan arwana,” kata Prof Rokhmin dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Dalam kesempatan tersebut, Prof Rokhmin memaparkan sejumlah permasalahan dan tantangan pembangunan sektor kelautan dan perikanan Kabupaten Merauke. Permasalahan dan tantangan tersebut antara lain terkait cara berbisnis dan skala usaha.

Sebagian besar usaha perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan hasil perikanan, dan perdagangan hasil perikanan di Kabupaten Merauke dilakukan secara tradisional dan berskala usaha kecil dan mikro (UKM). 

Sementara itu, ukuran unit usaha (bisnis) perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan hasil perikanan, dan perdagangan hasil perikanan sebagian besar tidak memenuhi skala ekonomi (economy of scale). Sehingga, kata dia, keuntungan bersih (pendapatan) kurang dari 300 dolar S (Rp 4,5 juta)/orang/bulan alias miskin.

“Perikanan tangkap yang sukses adalah yang mampu mensejahterakan seluruh nelayan (income lebih  300 dolar AS /nelayan ABK/bulan), dan SDI beserta ekosistem perairannya tetap lestari (sustainable),” papar Prof Rokhmin yang juga ketua umum Masyarakat Akuakultur Indonesia

Ia lalu menjelaskan pembangunan perikanan tangkap yang menyejahterakan dan berkelanjutan di Kabupaten Merauke. “Perikanan tangkap yang sukses adalah yang mampu mensejahterakan seluruh nelayan (income di atas 300 dolar AS/nelayan ABK/bulan), dan sumberdaya ikan (SDI) beserta ekosistem perairannya tetap lestari (sustainable).

Untuk menyejahterakan nelayan dan menjaga pembangunan perikanan tangkap yang berkelanjutan, kata Rokhmin, perlu mengembangkan 500 kapal ikan modern. Yakni, kapasitas lebih dari  50 GT dengan alat tangkap cocok untuk menangkap ikan di WPP – 718 dan ZEEI – S. Hindia, dan Laut Lepas (> 200 mil) sesuai MSY (Potensi Produksi Lestari) nya dan income rata-rata di atas 300 dolar AS (Rp 4,5 juta)/nelayan/bulan. 

“Kapal modern ini  bisa milik swasta, BUMN atau bantuan dari kementerian kelautan dan perikanan (KKP)  untuk nelayan UKM,” ujar ketua Dewan Pakar MPN (Masyarakat Perikanan Nusantara) itu.

Langkah berikutnya adalah modernisasi nelayan tradisional yang pendapatannya kurang dari 300 dolar AS (Rp 4,5 juta)/bulan, dengan meningkatkan ukuran kapal dan alat tangkap yang lebih produktif, efisien, dan ramah lingkungan. “Sehingga, pendapatan nelayan ABK  melebihi  Rp 4,5 juta/bulan,” papar Rokhmin yang juga koordinator Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan 2020 – 2024

Sementara itu, bicara tentang pembangunan perikanan budidaya yang efisien, berdaya saing, inklusif dan berkelanjutan di Kabupaten Merauke, Rokhmin mengemukakan pentingnya revitalisasi semua usaha (bisnis) budidaya laut (mariculture), budidaya perairan payau (tambak), PUD, kolam air tawar, dan wadah lainnya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, daya saing, inklusivitas, dan keberlanjutan (sustainability)-nya. “Targetkan, income minimal pekerja (karyawan) usaha perikanan budidaya sebesar 300 dolar AS/orang/bulan,” ujarnya.

Berikutnya, kata dia, pengembangan usaha budidaya tambak udang Vaname seluas 20.000 ha (57 persen  total potensi lahan), dalam bentuk “tambak estate” per 500 – 1.000 ha atau ‘Korporasi Tambak Kolam Bulat’ per 4 ha di kawasan SKPT dan lainnya. 

“Langkah selanjutnya adalah pengembangan usaha budidaya komoditas unggulan di perairan laut, payau (tambak), PUD (danau, bendungan, dan sungai), kolam air tawar, minapadi, akuarium, dan wadah lainnya,” kata Rokhmin.

Rokhmin juga memaparkan pembangunan industri pengolahan dan pemasaran hasil perikanan yang efisien, berdaya asing, inklusif dan berkelanjutan di Kabupaten Merauke.  Salah satu yang sangat penting adalah penguatan dan pengembangan teknologi penanganan (handling) dan transportasi hasil perikanan (Cold Chain System), yang berasal dari perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Kemudian, peningkatan kualitas dan daya saing produk industri pengolahan hasil perikanan tradisional: ikan asap, pindang, kering (asin dan tawar), fermentasi (peda), terasi, petis, dan lain-lain.

Tidak kalah pentingnya adalah eningkatan kualitas dan daya saing produk industri pengolahan hasil perikanan modern, pengembangan produk-produk olahan perikanan baru (product development), penyempurnaan packaging dan distribusi produk, penjaminan kontinuitas suplai bahan baku, serta standardisasi dan sertifikasi. “Selain itu, penguatan dan pengembangan pasar domestik dan ekspor,” ujar Rokhmin Dahuri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement