Kamis 17 Dec 2020 20:03 WIB

Bank Syariah Indonesia Berpotensi Tingkatkan Emisi Sukuk

Bank Syariah Indonesia bisa menjadi investor potensial yang baru.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
Logo PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Pefindo menyebut, Bank Syariah Indonesia dinilai berpotensi meningkatkan penerbitan obligasi syariah atau sukuk.
Foto: https://pefindo.com/
Logo PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Pefindo menyebut, Bank Syariah Indonesia dinilai berpotensi meningkatkan penerbitan obligasi syariah atau sukuk.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank syariah hasil merger atau Bank Syariah Indonesia dinilai berpotensi meningkatkan penerbitan obligasi syariah atau sukuk. Berdasarkan data Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), penerbitan sukuk korporasi di semester I 2020 cukup rendah. 

Adapun nilai penerbitan sukuk korporasi pada periode tersebut hanya sebesar Rp 2,25 triliun, sedangkan pada tahun lalu mencapai Rp 6,36 triliun. Jumlah tersebut sekitar 7,3 persen dari total penerbitan surat utang di semester pertama 2020.

Baca Juga

Menurut Direktur Utama Pefindo Salyadi Saputra, penerbitan sukuk korporasi sangat dipengaruhi permintaan. Ia melihat Bank Syariah Indonesia bisa menjadi investor potensial yang baru. 

"Sekarang dengan adanya merger bank syariah, mereka kalau penyaluran pembiayannya tidak terlalu cepat berpotensi masuk ke sukuk korporasi," kata Salyadi, Kamis (17/12). 

Investor potensial lainnya yang bisa meningkatkan permintaan sukuk adalah dari penempatan dana haji dan Dana Abadi Umat (DAU). Dengan adanya tambahan sejumlah investor potensial ini, Salyadi menilai penerbitan sukuk bisa meningkat ke depannya. 

"Yang terpenting bagi emiten atau penerbit surat utangnya bisa terserap, baik sukuk maupun yang konvensional," kata Salyadi. 

Secara umum, Salyadi memproyeksikan penerbitan surat utang korporasi 2021 akan berkisar antara Rp 122 triliun sampai Rp 159 triliun. Ia sendiri belum dapat memperkirakan berapa besaran porsi penerbitan sukuk. 

Proyeksi ini seiring dengan jumlah surat utang yang jatuh tempo di tahun yang sama, yang mencapai Rp 121,9 triliun. Adapun realisasi penerbitan surat utang (obligasi dan MTN) sampai 15 desember 2020 sudah Rp 94,6 triliun.

Sementara itu, mandat penerbitan obligasi yang belum terealisasi di Pefindo mencapai sebesar Rp44,69 triliun dengan industri pembiayaan 14,54 persen, perbankan 10,52 persen dan pulp & papers 10,42 persen. Menurut Salyadi, ada beberapa emiten yang memutuskan untuk menunda pemeringkatan. 

"Kemungkinan tidak akan terealisasi semua dalam waktu dekat, namun ini juga tentunya dinamis. Mungkin nanti bisa saja ada mandat yang masuk lagi ke Pefindo," terang Salyadi. 

Sebelumnya, pada awal 2020, Pefindo memproyeksi penerbitan surat utang korporasi selama 2020 akan mencapai Rp 158,5 triliun. Namun, pandemi menyebabkan Pefindo melakukan revisi proyeksi penerbitan surat utang korporasi 2020 di kisaran Rp 88,4 triliun hingga Rp 106,7 triliun.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement