Jumat 18 Dec 2020 01:24 WIB

Transaksi Dagang di E-Commerce Masih Didominasi Produk Impor

Perlu ide kreatif agar daya saing produk lokal meningkat.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyatakan, industri e-commerce Indonesia saat ini masih didominasi barang impor. Ia menegaskan, hal itu perlu diperhatikan bersama.
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyatakan, industri e-commerce Indonesia saat ini masih didominasi barang impor. Ia menegaskan, hal itu perlu diperhatikan bersama.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyatakan, industri e-commerce Indonesia saat ini masih didominasi barang impor. Ia menegaskan, hal itu perlu diperhatikan bersama. 

Bank Indonesia (BI), ujar dia, memproyeksikan transaksi e-commerce meningkat selama pandemi, hingga Rp 429 triliun sepanjang 2020. Sebelumnya pada 2019 sebesar Rp 255 triliun, lalu pada 2018 sebanyak Rp 145,9 triliun. 

"Sayangnya, baru sekitar 6 sampai 7 persen barang di market place dari UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) dan produsen lokal. Sisanya merupakan barang impor," kata Agus dalam webinar 'Pertumbuhan Ekspor Shopee Sepanjang 2020' pada Kamis (17/12).

Menurutnya, perlu komitmen bersama agar produk lokal banyak masuk dalam perdagangan online, demi menjaga keseimbangan perekonomian nasional. Ia menambahkan, perlu ide kreatif agar daya saing meningkat dan produk buatan dalam negeri bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. 

"Melihat data itu (produk lokal di e-commerce), e-commerce perlu fasilitasi sebanyak mungkin agar UMKM manfaatkan platform e-commerce dalam pasar promosikan produk dan mengakses pasar global. Kami yakin Shopee bisa jadi agen pemasaran produk UMKM di pasar internasional," tutur Agus. 

Dirinya menambahkan, mendorong ekspor dan menjaga neraca perdagangan merupakan mandat presiden untuk Kementerian Perdagangan (Kemendag). Maka salah satu langkah yang dilakukan kementerian yakni memperkuat UMKM melalui kemudahan berusaha, serta memastikan ketersediaan bahan baku dan kemitraan dengan perusahaan besar. 

Kini, kata dia, jumlah UMKM Indonesia yang bisa berpartisipasi global masih rendah. Sebab, UMKM masih lemah dalam memenuhi permintaan pasar, lalu lemahnya kemampuan UMKM berjualan online, serta masih lemah pula dukungan administrasi ekspor. 

"Maka pemerintah terus berupaya mendukung pelaku usaha go global. Ini penting demi bangkit dari pascapandemi," ujar Agus. 

Ia menegaskan, perekonomian nasional ditopang oleh UMKM. Sebab, sebanyak 99 persen dari 57 juta pengusaha nasional merupakan pelaku UMKM. 

Penyerapan tenaga kerja sektor UMKM juga mencapai 97 persen. Kemudian kontribusinya ke Produk Domestik Bruto (PDB) menembus 60 persen. "Jadi tidak berlebihan jika segenap elemen bahu-membahu mendorong UMKM lebih berkembang," tegas Agus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement