Rabu 16 Dec 2020 15:14 WIB

Cegah Serangan Siber, Negara Perlu Melakukan Ini

Kemampuan penanganan kejahatan siber makin dibutuhkan seiring perkembangan zaman.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Dwi Murdaningsih
Kejahatan siber
Foto: Flickr
Kejahatan siber

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi 1 DPR Dave Fikarno Laksono meminta pemerintah memperkuat Badan Sandi dan Siber Negara (BSSN) lantaran masifnya serangan siber ke Indonesia. Dave berharap keberpihakan pemerintah dapat memperkuat BSSN.

Dave menyoroti pemotongan anggaran yang pernah dialami BSSN. Ia menyayangkan pemotongan anggaran tersebut yang bisa saja melemahkan fungsi BSSN.

Baca Juga

"BSSN ini punya peralatan yang canggih-canggih, SDM banyak tapi terkendala pemotongan anggaran. Ini jadi masukan harusnya bukan melemahkan tapi memperkuat BSSN," kata Dave pada Republika.co.id, Rabu (16/12).

Dave menganggap kemampuan penanganan kejahatan siber makin dibutuhkan seiring perkembangan zaman.

"Apalagi sekarang era 4.0 dan digital. Demi kedaulatan negara yang solid maka perlu keamanan siber yang memadai," ucap politisi Golkar tersebut.

Dave mengakui adanya kekhawatiran mengalami serangan siber yang mengancam keamanan data pribadinya. Terutama dalam bentuk serangan senyap yang sulit terdeteksi.

"Pasti takut kena serangan, selama pandemi ini banyak komunikasi pakai jaringan internet," ucap dia.

Dave mengajak masyarakat lebih teliti dan waspada saat menggunakan internet. Segala data pribadi, username dan password harus dilindungi.

"Kalau tidak memiliki pertahanan dan pengawasan kuat maka mudah diretas dan disalahgunakan," imbau Dave.

Berdasarkan data BSSN sepanjang tahun ini hingga November 2020 terdapat sebanyak 423 juta kali serangan siber yang menyasar Indonesia. Adapun Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) memperkirakan jumlah serangan siber di Indonesia mencapai 1 miliar kali pada tahun ini.

Serangan tersebut terbagi dalam dua sifat yaitu serangan sosial dan teknis. Serangan sosial berupa upaya mempengaruhi manusia pada dan melalui ruang siber dan cenderung berkaitan erat dengan perang politik, perang informasi, perang psikologi, dan propaganda.

Sementara serangan teknis lebih ditujukan menyerang jaringan logika melalui berbagi metode untuk mendapatkan akses ilegal, mencuri informasi, atau memasukkan malware yang bisa merusak jaringan fisik dan persona siber (pengguna internet).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement