Rabu 16 Dec 2020 12:32 WIB

60 Persen Produksi Nikel Wajib Diolah Dalam Negeri

Proyek hilirisasi nikel untuk menghasilkan baterai tengah dikerjakan konsorsium BUMN.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolandha
Pemerintah membuka kerja sama pembangunan holding baterai Indonesia dengan investor luar negeri. Hanya saja, pemerintah ingin bahwa produksi nikel ini bukan untuk dibawa ke luar negeri, tapi wajib diolah di dalam negeri.
Foto: istimewa
Pemerintah membuka kerja sama pembangunan holding baterai Indonesia dengan investor luar negeri. Hanya saja, pemerintah ingin bahwa produksi nikel ini bukan untuk dibawa ke luar negeri, tapi wajib diolah di dalam negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah membuka kerja sama pembangunan holding baterai Indonesia dengan investor luar negeri. Hanya saja, pemerintah ingin bahwa produksi nikel ini bukan untuk dibawa ke luar negeri, tapi wajib diolah di dalam negeri.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Maritim dan Investasi, Septian Hario Seto menjelaskan BUMN yang memang terlibat dalam holding baterai Indonesia ini perlu meningkatkan manfaat dalam negeri. Salah satunya, kata Seto, adalah sebanyak 60 persen nikel yang dipasok Antam nanti minimal harus diolah di dalam negeri.

“60 persen dari nikel yang mereka peroleh harus diproses menjadi baterai di Indonesia. Ini adalah permintaan kita. Jadi kita nggak mau mereka dapat nikel kita, tapi proses baterainya di luar negeri,” kata Seto, Rabu (16/12).

Proyek hilirisasi nikel untuk menghasilkan produk akhir baterai yang tenga dikerjakan oleh konsorsium BUMN terdiri atas holding pertambangan MIND ID melalui Antam, PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero). Rencananya, baterai kendaraan listrik ini pun bisa diproduksi mulai tahun 2024.

Kesepakatan awal sudah diteken antara PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dengan konsorsium CATL, perusahaan baterai asal China. Nantinya CATL yang akan mengolah nikel yang dipasok oleh Antam untuk menjadi produk komponen pembuatan baterai.

Sebelumnya, Orias Petrus Moedak, CEO MIND ID, mengungkapkan anggota holding baterai pun terbuka untuk membentuk joint venture (JV) atau menggandeng mitra dari dalam negeri maupun asing, pada setiap rantai bisnis (value chain) industri baterai.

“Jadi CATL akan lanjut negosiasi dengan Antam, untuk LG Chem negosiasinya dipimpin oleh Pertamina. Ini pembagian tugas, sesuai arahan Menteri BUMN supaya bisa berjalan dengan cepat rencana untuk holding baterai ini dan kerjasama dengan mitra-mitra asing,” kata Orias.

Dia berharap kesepakatan kerja sama dengan calon mitra yakni konsorsium CATL dan LG Chem bisa rampung di awal tahun depan. “MIND mengharapkan awal tahun depan bisa ada kesepakatan dengan calon mitra dan di dalam value chain baterai ini, baik tambang sampai dengan battery pack dan masuk sampai ke pada daur ulangnya, bisa sepakati.

”Jadi ini yang disiapkan, dan negosiasi berjalan terus dengan masing-masing pihak,” kata Orias.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement