Selasa 15 Dec 2020 14:39 WIB

Pemkot Bogor Berencana Tarik Rem Darurat

Wacana tersebut akan diumumkan pada 22 Desember mendatang, setelah evaluasi PSBMK

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Hiru Muhammad
Petugas medis memberikan vaksin COVID-19 disaksikan Wali Kota Bogor Bima Arya (kiri) pada simulasi vaksinasi COVID-19 di Puskesamas Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (18/11/2020). Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto mengatakan, pemerintah menargetkan imunisasi COVID-19 akan diberikan kepada 67 persen dari 160 juta penduduk berusia 18-59 tahun atau sebanyak 107,2 juta orang, pemberian vaksinasi akan dilakukan melalui skema vaksin program dan vaksin mandiri
Foto: ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Petugas medis memberikan vaksin COVID-19 disaksikan Wali Kota Bogor Bima Arya (kiri) pada simulasi vaksinasi COVID-19 di Puskesamas Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (18/11/2020). Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto mengatakan, pemerintah menargetkan imunisasi COVID-19 akan diberikan kepada 67 persen dari 160 juta penduduk berusia 18-59 tahun atau sebanyak 107,2 juta orang, pemberian vaksinasi akan dilakukan melalui skema vaksin program dan vaksin mandiri

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR—-Ketersediaan tempat tidur bagi pasien Covid-19 di Kota Bogor menipis, seiring dengan meningkatnya jumlah pasien. Untuk itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor berencana menarik rem darurat seperti yang pernah dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.

Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim mengungkapkan wacana tersebut akan diumumkan pada 22 Desember mendatang, setelah evaluasi Pembatasan Sosial Berskala Mikro dan Komunitas (PSBMK).

"Nah ini jadi pemikiran kita (tarik rem darurat). Saya dan Pak Bima, sebagai kepala Satgas, nanti akan mengevaluasi PSBMK di 22 Desember nanti. Jadi kalo memang keadaan bertambah gawat, itu akan ada langkah-langkah khusus dari Satgas untuk bagaimana berupaya untuk mengerem lagi penyebaran kasus positif," kata Dedie, Selasa (15/12).

Berdasarkan data terkini, Dedie mengatakan, dari 455 ketersediaan kasur bagi pasien Covid-19 di Kota Bogor, saat ini sudah terisi sekitar 80 persen. Sedangkan, berdasarkan rekomendasi World Health Organization (WHO), maksimal keterisian kasur atau Bed Occupancy Rate (BOR) tidak boleh lebih dari 60 persen. "Kalau dari standar WHO sih ini sudah genting. Apalagi kasus positif yang aktif sekarang mendekati 600 kasus, sedangkan jumlah bed hanya 455 saja," ujarnya.

Seperti yang pernah diucapkan sebelumnya, Dedie mengungkapkan salah satu skenario yang saat ini tengah disiapkan adalah menjadikan GOR Pajajaran sebagai tempat isolasi pasien Covid-19. Namun, dalam penggunaan GOR Pajajaran sebagai tempat isolasi nanti, segala persiapan perlu dimatangkan oleh Pemkot Bogor.

Antara lain, mulai dari persiapan tenaga kesehafan, dokter, hingga alat kesehatan yang dibutuhkan untuk menangani pasien Covid-19. "Ini lagi dihitung betul karena sama aja nanti. Misalnya kapasitas 70 kasur, kan harus ada dokter, ada perawat. Kemudian harus bikin filter, harus bikin sanitasi khusus, bikin saluran pembuangan limbah. Nah Itu yang lagi dihitung," kata Dedie.

Sebelumnya, diketahui tingkat keterisian tempat tidur di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor telah mencapai 80 persen. Humas RSUD Kota Bogor, Taufik Rahmat mengatakan dari 122 tempat tidur yang tersedia, saat ini sudah ditempati pasien sebanyak 101 tempat tidur.

"Data hari ini, jumlah pasien ada 101 yang dirawat, dengan rincian tujuh pasien pasien anak-anak dan 94 pasien dewasa," ujar Taufik.

Dari 122 tempat tidur tersebut, kebutuhan terhadap tempat tidur pasien disesuaikan dengan ruangan yang ada. Seperti, ruangan khusus perempuan, ruangan khusus pasien dewasa, pasien anak, serta ICU.

Sementara itu, kata Taufik, untuk fasilitas alat kesehatan, setiap ruangan di RSUD Kota Bogor dilengkapi dengan termperatu negatif dan ventilator. Di mana, saat ini kebutuhan atas alat teesebut tinggi, mengingat banyaknya pasien yang merupakan pasien dengan penyakit bawaan atau komorbid.“Memang saat ini kebutuhannya banyak. Mengingat jenis penyakitnya yang banyak juga komorbid, sehingga membutuhkan alat-alat itu dan untuk saat ini memang penuh,” katanya.

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement