REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Jaksa Agung Amerika Serikat (AS) William Barr mengundurkan diri dari jabatannya. Ia mundur beberapa pekan setelah mengatakan Departemen Kehakiman tidak menemukan bukti kecurangan yang dapat mengubah hasil pemilihan presiden 2020.
Hal itu bertolak belakang dengan klaim-klaim Presiden AS Donald Trump. Para kritikus menilai Barr mengubah Departemen Kehakiman sebagai pelayan setia agenda politik Gedung Putih dan mengikis komitmen independensi dan supremasi hukum.
Trump tidak mengakui ketegangan antara ia dan Barr yang membuat jaksa agung itu mengundurkan diri tepat ketika Electoral College meresmikan kemenangan Joe Biden. Kegiatan prosedural yang secara efektif mengakhiri upaya Trump mengubah hasil pemilu 2020.
"Baru saja melakukan pertemuan baik dengan jaksa agung Bill Barr di Gedung Putih, hubungan kami sangat baik, ia telah melakukan pekerjaan yang luar biasa! Per tanggal surat pengunduran diri, Bill pergi sebelum Natal untuk menghabiskan liburan bersama keluarganya," cicit Trump di Twitter seperti dikutip the Guardian, Selasa (15/12).
Dalam surat pengunduran diri yang diunggah Trump, seperti sebelumnya-sebelumnya Barr memuji presiden itu dengan berlebihan. Ia mengatakan Trump dengan tangguh menghadapi apa yang jaksa agung itu sebut sebagai 'serangan partisan' yang bertujuan untuk melemahkan presiden terpilih. "Tidak ada taktik, tidak peduli betapa licik dan kasarnya, di luar batas," tulis Barr.
"Catatan Anda lebih dari semua sejarah karena Anda mencapainya dengan menghadapi perlawanan yang tak kenal lelah, hanya sedikit yang dapat maju menghadapi serangan ini, apalagi dengan program positif untuk negara," tambahnya.
Deputi Jaksa Agung Jeff Rosen yang Trump sebut 'orang yang luar biasa' akan mengambil alih posisi Jaksa Agung. Sementara jaksa Richard Donoghue yang 'amat dihormati' akan menjadi deputi Jaksa Agung.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
