Selasa 15 Dec 2020 09:30 WIB

IHSG Berpotensi Melemah Ditekan Lonjakan Kasus Covid-19

Meski dibuka menguat, IHSG di awal perdagangan sempat jatuh ke zona merah.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi bergerak melemah pada perdagangan hari ini, Selasa (15/12). Lonjakan kasus di Covid-19 yang diikuti pengetatan kebijakan di sejumlah negara menjadi sentimen negatif bagi pergerakan pasar.
Foto: Dhemas Reviyanto/ANTARA
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi bergerak melemah pada perdagangan hari ini, Selasa (15/12). Lonjakan kasus di Covid-19 yang diikuti pengetatan kebijakan di sejumlah negara menjadi sentimen negatif bagi pergerakan pasar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi bergerak melemah pada perdagangan hari ini, Selasa (15/12). Lonjakan kasus di Covid-19 yang diikuti pengetatan kebijakan di sejumlah negara menjadi sentimen negatif bagi pergerakan pasar. 

Meski dibuka menguat, IHSG di awal perdagangan sempat jatuh ke zona merah dan kembali ke level 5.900 setelah sebelumnya sempat menguat dan tembus ke posisi 6.000. Pelemahan ini sejalan dengan mayoritas bursa saham Asia yang juga dibuka di zona negatif.  

Baca Juga

"Kami memperkirakan IHSG akan bergerak melemah terbatas pada hari ini. Indeks saham di Asia pagi ini dibuka turun karena kekhawatiran mengenai lonjakan kasus penularan Covid-19 mengalahkan optimisme dari pendistribusian vaksin," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Selasa (15/12).

Jumlah korban meninggal yang berkaitan dengan Covid-19 mencapai 300 ribu di Amerika Serikat (AS) pada saat vaksin mulai didistribusikan. Gelombang baru pandemi memaksa Jerman, Belanda dan kota London memberlalukan kebijakan lockdown yang lebih ketat. Sementara jumlah kasus penularan di Jepang dan Korea Selatan juga mengalami lonjakan tajam. 

Selain itu, investor mencerna informasi lebih lanjut mengenai paket stimulus fiskal AS yang berpotensi senilai 908 miliar dolar AS. Investor juga menantikan serangkaian rilis data ekonomi (Fixed Asset Investment, Industrial Production, Retail Sales) bulan November Cina dan rilis hasil rapat kebijakan bank sentral Australia (RBA). 

"Dari dalam negeri, investor menantikan rilis data perdagangan Indonesia," terang Phillip Sekuritas Indonesia.

 

Retno Wulandhari

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement