Senin 14 Dec 2020 16:27 WIB

Aktivitas Semeru Masih Mengancam

Saat ini masih tersisa banyak material di sekitar Gunung Semeru

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
Warga melihat lahar dingin Gunung Semeru di Jembatan Piket Nol, Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (12/12/2020). Banjir lahar dingin di Daerah Aliran Sungai (DAS) Gunung Semeru membawa lava panas, mengeluarkan asap dan berbau belerang. ANTARA FOTO/Seno/hp.
Foto: ANTARA FOTO/SENO
Warga melihat lahar dingin Gunung Semeru di Jembatan Piket Nol, Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (12/12/2020). Banjir lahar dingin di Daerah Aliran Sungai (DAS) Gunung Semeru membawa lava panas, mengeluarkan asap dan berbau belerang. ANTARA FOTO/Seno/hp.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Gunung Semeru sudah mulai menunjukkan penurunan aktivitas, Senin (14/12). Meski demikian, bahaya sekunder dari gunung tersebut masih mengancam keselamatan warga sekitar.

Kabid Penanggulangan Bencana dan Logistik, BPBD Kabupaten Lumajang, Wawan Hadi menyatakan, fokus utama saat ini lebih pada bahaya sekunder. Apalagi saat ini masih tersisa banyak material di Curah Kobokan.

"Tiap hari hujan pasti ada pergeseran. Pergeseran dari sisa material sedikit-sedikit itu kita khawatirkan nanti ada ledakan di situ. Jadi fokus kita di bahaya sekunder," kata Wawan saat dihubungi wartawan, Senin (14/12).

Prediksi hujan di wilayah Lumajang membuat BPBD dan sejumlah tim harus tetap siap siaga. Oleh karena itu, pihaknya masih menyiapkan tempat pengungsian untuk masyarakat sekitar. Selain itu, warga juga telah diperingatkan agar tidak mendekati aliran sungai yang berpotensi membawa lahar dingin dari puncak Semeru.  

Wawan juga memastikan tidak akan menambah personilnya dalam menghadapi keadaan darurat di Gunung Semeru. Dia meyakini jumlahnya sudah mencukupi, apalagi pihaknya turut dibantu sejumlah relawan. "Nanti yang jelas di desa ada satgas keamanan desa, kita juga melibatkan itu, kita libatkan relawan memantau setiap pengembangan," ungkapnya.

Berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG),  Semeru tercatat mengalami dua kali gempa guguran dengan amplitudo dua milimeter (mm). Gempa tersebut berlangsung 50 sampai 60 detik, Senin (14/12).

Selain itu, gempa harmonik juga terjadi satu kali dengan amplitudo dua mm dan lama gempa 335 detik. PVMBG juga mencatat satu kali gempa vulkanik dalam di Gunung Semeru. Amplitudo gempa tersebut sekitar 22 mm dengan durasi 15 detik.

Saat ini status Gunung Semeru masih berada di level dua atau waspada. Untuk itu, masyarakat diimbau tidak beraktivitas dalam radius satu km dari kawah Gunung Semeru. Lalu tidak mendekati jarak empat km arah bukaan kawah di sektor selatan-tenggara.

Masyarakat diharapkan mewaspadai awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncas Semeru. Radius dan jarak rekomendasi ini akan dievaluasi terus untuk antisipasi. Terlebih jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya.

PVMBG juga meminta masyarakat menjauhi atau tidak beraktivitas di area terdampak material awan panas. Hal tersebut karena saat ini suhu material tersebut masih tinggi. Kemudian diwaspadai juga potensi luncuran di sepanjang lembah jalur awan panas Besuk Kobokan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement