Senin 14 Dec 2020 06:37 WIB

Pantai Timur Surabaya Tercemar Mikroplastik

Temuan mikroplastik di pantai timur Surabaya cukup mengkhawatirkan

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Nur Aini
Kelompok Studi Banyu, Himpunan Mahasiswa Biologi (Himbio), Universitas Airlangga (Unair) bersama Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON) Foundation melakukan penelitian mengenai keberadaan Mikroplastik di Bengawan Solo dari 1 sampai 24 Oktober 2020.
Foto: Dok. Ecoton
Kelompok Studi Banyu, Himpunan Mahasiswa Biologi (Himbio), Universitas Airlangga (Unair) bersama Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON) Foundation melakukan penelitian mengenai keberadaan Mikroplastik di Bengawan Solo dari 1 sampai 24 Oktober 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Perairan timur Surabaya di Kenjeran hingga Tambak Wedi telah terkontaminasi mikroplastik. Hal itu diungkapkan berdasarkan temuan baru lembaga Ecoton pada Desember 2020.

Lembaga Ecoton menemukan 100 liter air laut di Kenjeran sampai Tambak Wedi mengandung 195 hingga 598 partikel mikroplastik. Di wilayah timur, Gununganyar, jumlah mikroplastik yang ditemukan lebih sedikit. "Sekitar 89 pertikel sampai 124 partikel dalam setiap 100 liter air," kata Peneliti Ecoton, Eka Chlara Budiarti.

Baca Juga

Eka menilai, temuan mikroplastik di pantai timur Surabaya cukup mengkhawatirkan. Hal itu karena kawasan tersebut merupakan daerah tangkapan perikanan bagi nelayan. Air yang telah terkontaminasi mikroplastik berpengaruh pada kualitas perikanan.

Selain di perairan, Eka mengatakan, mikroplastik juga mengontaminasi bagian lain. Hal itu terutama pada sedimen, kerang dan udang di kawasan timur Surabaya. Penelitian dari Universitas Hang Tuah menyebutkan, kerang hijau di Kenjeran dan Tambak Wedi telah terkontaminasi mikroplastik sebesar 10 sampai 20 partikel dalam satu ekor. 

Mikroplastik merupakan serpihan plastik berukuran kurang dari lima milimeter. Jenis mikroplastik yang ditemukan dalam tubuh kerang antara lain fiber, fragmen dan filament. Sumber mikroplastik umumnya berasal dari limbah cair domestik dari pemukiman dan industri di sepanjang DAS Brantas.

Selain itu, sampah plastik seperti tas kresek, sedotan, styrofoam, bungkus plastik dan sachet juga bisa membentuk mikroplastik. Hal itu karena teronggok di bantaran kemudian terbawa aliran sungai. Lalu terpapar sinar matahari yang membuatnya terdegradasi menjadi serpihan plastik kecil yang disebut mikroplastik.

Pada Agustus 2020, Kelompok Perempuan Pejuang Kali Surabaya telah melaporkan terdapat 313 timbulan sampah di sepanjang bantaran Kali Surabaya. Pada tahun sebelumnya, Ecoton juga menemukan, 11 industri kertas di sepanjang DAS Brantas menjadi sumber terbentuknya mikroplastik. Sebanyak 80 persen sampah yang ada di perairan laut berasal dari sungai yang  42 persen merupakan jenis plastik. 

Dari hasil penelitian mahasiswa Universitas Hang Tuah, Eka berpendapat mikroplastik merupakan hasil akumulasi kontaminan dari Kali Surabaya. Apalagi selama masa pandemi jumlah sampah plastik meningkat. Pasalnya, masyarakat cenderung membeli kebutuhan menggunakan kemasan plastik, baik belanja secara daring maupun luring.

Untuk mengendalikan kontaminasi mikroplastik di perairan, Ecoton mendorong upaya pengurangan sumber mikroplastik. Indonesia memerlukan kebijakan untuk mengurangi atau pelarangan penggunaan plastik sekali pakai. Lalu melakukan kajian lebih lanjut untuk menetukan kawasan tangkap nelayan yang minim kontaminasi mikroplastik.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement