Ahad 13 Dec 2020 17:20 WIB

Conte, Mau Dibawa ke Mana Inter Milan?

Antonio Conte optimistis Inter akan kembali ke jalur semestinya.

Rep: Anggoro Pramudya/ Red: Endro Yuwanto
Pelatih Inter Milan, Antonio Conte.
Foto: EPA-EFE/JuanJo Martin
Pelatih Inter Milan, Antonio Conte.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam beberapa hari ke belakang, lini masa sepak bola ramai membicarakan insiden kurang menyenangkan yang menimpa skuad Inter Milan. Romelu Lukaku, striker milik i Nerazzurri, dianggap menjadi sang penyelamat bagi sang rival, Shakhtar Donetsk, dalam pertandingan pamungkas pekan keenam fase Grup B Liga Champions 2020/2021.

Shakhtar berkunjung ke markas Inter di Stadion Giuseppe Meazza, Kamis (10/12). Kedua tim saling sengat demi meraih tiga poin sekaligus menyelamatkan posisi untuk tetap bertahan di ajang kompetisi antarklub terelite Eropa musim ini.

Kemenangan menjadi harga mati buat klub asuhan Antonio Conte. Jika menang, maka Nerazzurri punya peluang untuk beranjak dari posisi dasar klasemen Grup B serta mendapatkan tiket ke babak 16 besar.

Syaratnya, Real Madrid harus bisa mengalahkan Borussia Moenchengladbach pada hari yang sama. Syarat tersebut berhasil dipenuhi Los Merengues, julukan Madrid, namun sayang Inter justru gagal mengalahkan kesebelasan Ukraina, Shakhtar. Alhasil, Inter tetap berada di dasar klasemen Grup B.

Shakhtar cukup lega mengingat hasil imbang tanpa gol membawanya finis di peringkat ketiga, dan melanjutkan kiprah ke kompetisi kasta kedua, Liga Europa.

Ada satu momen yang tak bisa dilupakan oleh para pecinta sepak bola, pun penggemar Inter Milan. Tepatnya pada menit ke-89, saat penyerang pengganti Alexis Sanchez mendapatkan peluang mencetak gol usia menerima umpan silang dari Christian Eriksen.

Penyerang asal Cile itu melepaskan tandukan kencang dan mengarah ke pojok gawang Shakhtar. Jika tak ada penghalang, bola bisa saja masuk ke gawang lawan. Nahasnya, Lukaku, yang menjadi penyerang andalan La Beneamata di bawah komando Conte berada di jalur tandukan Sanchez, dan menghalangi bola.

Praktis momen mengejutkan itu membuat 'nyawa' Shakhtar tertolong. Bahkan akun resmi Twitter klub asal Ukraina tersebut memuat foto insiden Lukaku yang tengah menghalau bola hasil tandukan Sanchez.

"Romelu Lukaku menyelamatkan (Shakhtar) pada menit ke-89 dari pertandingan Inter Vs Shakhtar!" tulis akun resmi Shakhtar, Ahad (13/12).

Tak pelak hasil imbang tersebut memunculkan berbagai kritik dari kalangan suporter Inter, setelah timnya pulang lebih cepat di ajang Liga Champions. Lebih dari soal kegagalan, Inter juga disorot karena penampilan yang tak kunjung konsisten. Belum lagi, miskinnya Conte pada ketersediaan opsi lain dalam urusan taktik.

Meski demikian, Presiden Inter Milan Steven Zhang menegaskan dirinya tetap memberikan kendali penuh kepada eks pelatih timnas Italia. Ia mengaku kesulitan seperti ini sudah diperkirakan.

Argumentasi Zhang seakan terlalu naif. Keputusan untuk tetap berdiri di samping Conte dinilai dinilai lebih karena masalah keuangan. Terlebih pada musim ini karena pandemi virus corona, Inter dilaporkan mengalami kerugian hingga 100 juta euro atau setara Rp 1,6 triliun. Lagipula dengan memecat Conte, Inter masih harus membayar kompensasi sebesar 12 juta euro, hal sama yang masih dilakukan Inter kepada pelatih terdahulu Luciano Spalletti dengan nominal enam juta euro.

Di tengah kritik dan nada sumbang, Conte memberikan pernyataan bahwa situasi ini tidak akan bertahan lama. Dirinya optimistis Inter akan kembali ke jalur semestinya dan mendapat apa yang sudah direncanakan di awal musim.

Pada awal musim, tim rival sekota AC Milan tersebut memang punya target meraih scudetto Serie A Liga Italia dan ambisi besar di ajang Liga Champions 2020/2021. Alhasil, gugur di kompetisi Kuping Lebar merupakan satu kegagalan buat Inter.

Namun, terselip sisi positif dari kegagalan di jalur Liga Champions. Dengan begitu, Inter bisa mengalihkan fokus hanya ke ajang Serie A dan Coppa Italia.

Saat ini, Samir Handanovic dan kolega berada di peringkat tiga klasemen Serie A dengan perolehan 21 angka, hanya terpaut lima angka dari Milan di kursi pertama. Inter pun punya waktu istirahat yang lebih menguntungkan ketimbang tim-tim besar Italia yang mengikuti kompetisi Eropa. Tapi pertanyaannya, apakah Inter dinaungi keberuntungan?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement