Ahad 13 Dec 2020 00:30 WIB

Pandemi Sebabkan 74 Persen Orang India Stres

Pandemi juga sebabkan 88 persen orang India alamai kecemasan.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Indira Rezkisari
Ilustrasi Covid-19. Sebuah studi melaporkan peningkatan stres dan kecemasan orang India sejak wabah Covid-19 melanda.
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19. Sebuah studi melaporkan peningkatan stres dan kecemasan orang India sejak wabah Covid-19 melanda.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi melaporkan peningkatan stres dan kecemasan orang-orang sejak wabah Covid-19 melanda. Studi tersebut mensurvei lebih dari 10 ribu orang India untuk memahami bagaimana mereka menghadapi kebiasaan baru.

Studi dilakukan The Centre of Healing (TCOH) yang berbasis di Delhi, yakni sebuah platform perawatan kesehatan preventif. Studi tersebut mencatat tingkat stres dan kecemasan telah meningkat, dengan 74 persen menderita stres dan 88 persen menderita kecemasan.

Baca Juga

Data menunjukkan bahwa 68,6 persen terapis melaporkan peningkatan jumlah orang yang mereka temui dan pada jam-jam yang mereka habiskan untuk menjalani terapi. Sebanyak 55 persen terapis mengatakan jumlah pencari terapi pertama kali telah meningkat sejak wabah Covid-19.

“Kesehatan mental setiap orang terpengaruh selama karantina wilayah, tetapi kami ingin secara khusus fokus pada apakah stres dan kecemasan meningkat, dan apakah orang yang tidak lagi dalam terapi mengalami kekambuhan,” kata pendiri TCOH, Gurpreet Singh dilansir Indian Express, Sabtu (12/12).

Sejak pandemi melanda India selama sembilan bulan lalu, para ahli kesehatan mental telah menunjukkan bagaimana stres dan kecemasan meningkat di negara itu. Menurut penelitian tersebut, 57 persen responden menderita stres ringan, 11 persen merasa stres sedang, empat persen menghadapi gejala stres berat, dan dua persen melaporkan stres berat.

“Beberapa bulan terakhir tidak terduga. Situasi ini berdampak besar pada kesehatan mental warga,” ujar Singh.

Salah satu pendiri TCOH, Swati Sahney menyebut kondisi itu disebabkan serangkaian kebijakan karantina wilayah, kecemasan, PHK, ketakutan kesehatan, dan lingkungan yang tidak stabil secara keseluruhan. “Tingkat stres berada pada titik tertinggi sepanjang masa,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement