Sabtu 12 Dec 2020 03:24 WIB

Pria AS Batal Nikah, Calon Istrinya Wafat Akibat Covid-19

Stephanie Lynn Smith dan Jamie Bassett rencananya menikah pada 13 November lalu.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Menikah (ilustrasi). Seorang pria di AS, Jamie Bassett, kehilangan calon istrinya lima hari setelah jadwal pernikahannya. Sang kekasih meninggal akibat Covid-19.
Foto: antarafoto
Menikah (ilustrasi). Seorang pria di AS, Jamie Bassett, kehilangan calon istrinya lima hari setelah jadwal pernikahannya. Sang kekasih meninggal akibat Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari-hari menjelang pernikahan seharusnya menjadi momen membahagiakan. Akan tetapi, salah satu calon pengantin di Texas, Amerika Serikat justru terbaring di rumah sakit akibat Covid-19.

Pasangan Stephanie Lynn Smith dan Jamie Bassett rencananya menikah pada 13 November lalu. Namun, menjelang hari bahagianya, Smith dinyatakan positif Covid-19 dan menderita pneumonia.

Baca Juga

Rencananya, pernikahan akan dilangsungkan dalam upacara terbatas di sebuah lapangan di Lubbock, Texas, lokasi Jamie melamar Stephanie. Jamie mengatakan, mereka menyukai lokasi tersebut.

"Hari ini seharusnya menjadi hari pernikahan saya," tulis Bassett dalam postingan Facebook pada 13 November, dikutip dari NBC News, Jumat (11/12).

“Sebaliknya, Stephanie berada di rumah sakit untuk menaikkan kadar oksigennya dan saya sudah tidak melihatnya selama dua hari. Ini benar-benar menyebalkan dan saya hanya ingin semuanya tidak seperti ini,” kata pria berusia 31 tahun itu.

photo
Stephanie Lynn Smith saat dilamar Jamie Bassett. Semula, mereka berencana menikah pada 13 November lalu. - (Shelby Blaker Via NBC News)

Lima hari kemudian, Jamie dan keluarga Stephanie bergegas ke rumah sakit. Kabar duka yang mereka dapatkan. Stephanie telah tiada.

Stephanie meninggal di usia 29 tahun. Ibu Stephanie, Oralia Smith, menyebut bahwa sertifikat kematian anaknya mencantumkan Covid-19 sebagai penyebab kematian.

Jamie mengatakan bahwa tunangannya mulai merasa sakit pada 3 November, tetapi dia tidak menunjukkan gejala Covid-19. Pada Sabtu, 7 November, Stephanie mulai merasa ada yang aneh saat mencicipi makanan, kendati belum kehilangan kemampuan mengenali bau dan rasa.

Stephanie curiga dia menderita herpes zoster, penyakit yang pernah dialami sebelumnya. Pada hari itu juga dia langsung mencari pengobatan.

Stephanie juga merasa cemas dengan pernikahannya. Setelah diperiksa, Stephanie didiagnosis dengan Covid-19 dan pneumonia.

Stephanie dikirim pulang dan diinstruksikan untuk mengonsumsi vitamin, istirahat, dan mengontrol oksigennya. Sepulang dari rumah sakit, Stephanie tampak sangat kelelahan, bahkan tidur sampai 20 jam.

"Dia juga tidak makan banyak dan tidak bisa melakukan apapun. Keesokan harinya, dia memantau kadar oksigennya dengan oksimeter denyut. Kadar oksigennya rendah. Jadi ibunya membawanya kembali ke ruang gawat darurat pada hari Rabu, 11 November," ungkap Jamie.

Seiring berjalannya waktu, kondisi Stephanie semakin memburuk. Pada 17 November, Stephanie dipindahkan ke perawatan intensif.

Pada pagi hari tanggal 18 November, tenaga medis mengabarkan bahwa mereka kehilangan denyut nadi Stephanie sebanyak empat kali. Mereka sempat membawanya kembali dengan melakukan resusitasi jantung paru (CPR). Hanya saja,untuk yang terakhir, mereka tidak bisa mendapatkan kembali denyut nadinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement