Jumat 11 Dec 2020 22:55 WIB

Umat Islam Non-Ormas Bisa Menjadi Generasi Handal

Umat Islam Non-Ormas Bisa Menjadi Generasi Handal.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Umat Islam Non-Ormas Bisa Menjadi Generasi Handal. Foto ilustrasi: Sejumlah umat Muslim melaksanakan Shalat Dzuhur berjamaah di Masjid At-Tin, Jakarta, Jumat (18/9). Masjid At-Tin tidak mengadakan Shalat Jumat karena imbauan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terkait pemberlakuan kembali PSBB, namun menggantinya dengan melaksanakan Shalat Dzuhur berjamaah bagi pengelola Masjid At-Tin. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Umat Islam Non-Ormas Bisa Menjadi Generasi Handal. Foto ilustrasi: Sejumlah umat Muslim melaksanakan Shalat Dzuhur berjamaah di Masjid At-Tin, Jakarta, Jumat (18/9). Masjid At-Tin tidak mengadakan Shalat Jumat karena imbauan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terkait pemberlakuan kembali PSBB, namun menggantinya dengan melaksanakan Shalat Dzuhur berjamaah bagi pengelola Masjid At-Tin. Republika/Putra M. Akbar

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang organisasi, hukum, HAM dan Basyarnas (Badan Arbitrase Syariah Nasional), Noor Achmad, menuturkan, potensi umat Islam non-ormas termasuk kalangan milenial Muslim, cukup banyak. Menurutnya, kreativitas dan pemikiran mereka banyak yang bagus.

"Sehingga potensi mereka menjadi generasi muslim yang handal di masa depan juga sangat bagus. Mereka punya potensi besar menguasai generasi yang akan datang," ucap dia, Jumat (11/12).

Baca Juga

Noor menjelaskan, mengapa MUI harus merangkul mereka yaitu karena umat Islam non-ormas juga bagian dari umat Islam dan bagian dari subyek serta objek dakwah. Di sinilah tekad MUI menjadi khadimul ummah akan teruji sehingga dapat diketahui sejauh mana MUI merangkul semua umat.

Kelompok milenial, lanjut Noor, terkadang cukup unik dalam mengekspresikan keberagaman mereka. "Ada yang keluar dari mainstream, ada yang liberal, tetapi ada juga yang kaku dalam memahami agama karena tanpa bimbingan dan panduan. Bisa saja mereka mengambil ajaran agama dari berbagai sumber terutama dari media sosial," papar dia.

 

Karena itu, menurut Noor, umat Islam non-ormas pun perlu mendapat bimbingan dengan mendapat informasi ajaran Islam yang benar. Dia memperkirakan, kalangan tersebut akan semakin bertambah seiring dengan naiknya tingkat keinginan terhadap kebebasan dalam beragama tanpa terikat organisasi dan ideologi atau paham tertentu.

"Mereka harus terlibat, apakah itu menjadi obyek atau subyek dakwah. Justru jangan dianggap outside apalagi dihukumi offside bagi mereka yang belum memahami Islam dengan baik. Inilah yang disebut dakwah itu merangkul bukan memukul, mengajak bukan mengejek," tuturnya.

Noor juga menyampaikan, banyak cara yang akan dilakukan MUI dalam merangkul kelompok itu. "Banyak cara untuk merangkul. Bisa dengan cara membentuk taklim group. working group, discussion group, enterpreneur group, dan sebagainya," imbuhnya.

Sementara itu, Ketua MUI KH Cholil Nafis menyampaikan, kalangan umat Islam non-ormas biasanya berada di wilayah perkotaan. Mereka cenderung profesional di bidang tertentu, dan punya latar pendidikan yang baik. "Secara potensi, mereka sering cukup baik dan unggul. Semangat keagamaannya tinggi, biasanya berangkat dari diri sendiri," katanya.

MUI sebagai tenda besar umat Islam, terang Kiai Cholil, tentu harus memayungi seluruh umat Islam, baik umat Islam kalangan ormas maupun non-ormas. "Ini menjadi perhatian kita dalam dakwah di masa mendatang agar kita MUI menjadi payung umat Islam bagi yang ormas dan non-ormas," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement