Jumat 11 Dec 2020 19:00 WIB

Jepang akan Hentikan Sementara Kampanye Pariwisata

Kampanye pariwisata dapat meningkatkan potensi penyebaran infeksi Covid-19

Rep: Puti Almas/ Red: Christiyaningsih
Orang-orang muda yang mengenakan masker berjalan di persimpangan jalan di Shibuya, dekat department store mode Shibuya 109, di Tokyo, Jepang. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/KIMIMASA MAYAMA
Orang-orang muda yang mengenakan masker berjalan di persimpangan jalan di Shibuya, dekat department store mode Shibuya 109, di Tokyo, Jepang. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO — Pemerintah Jepang mempertimbangkan untuk menghentikan subsidi yang diberikan bagi orang-orang di negara itu untuk melakukan perjalanan dalam negeri. Hal itu karena kekhawatiran terhadap kampanye pariwisata dapat meningkatkan potensi penyebaran infeksi Covid-19.

Semula kebijakan memberi subsidi untuk sektor pariwisata dilakukan Pemerintah Jepang untuk meningkatkan ekonomi regional. Kampanye yang dikenal dengan Go To Travel di Negeri Matahari Terbit itu dianggap diperlukan mengingat banyak orang di negara itu yang terdampak kerugian selama pandemi Covid-19.

Baca Juga

Langkah untuk menghentikan kampanye pariwisata akan mewakili sejumlah perubahan yang dilakukan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga. Pemerintah yang dipimpin olehnya mempertimbangkan menghentikan kebijakan ini secara khusus dilakukan menjelang musim liburan akhir tahun.

Sebuah laporan pekan ini dari para peneliti di Universitas Tokyo dan Universitas Kalifornia, Los Angeles, Amerika (UCLA) menemukan kasus gejala Covid-19 yang lebih tinggi di antara orang-orang yang berpartisipasi dalam kampanye pariwisata di negara Asia Timur itu  dibandingkan dengan masyarakat umum. Tingkat infeksi di Jepang telah mencapai titik tertinggi baru.

Dikutip dari Straits Times, pada Kamis (10/12) Tokyo mencatat lebih dari 600 kasus harian terbaru untuk pertama kalinya sejak pandemi dimulai pada awal tahun ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement