Jumat 11 Dec 2020 09:56 WIB

Diwarnai Sentimen Negatif, IHSG Berpotensi Melemah

IHSG hari ini diprediksi cenderung melemah karena diwarnai sejumlah sentimen negatif.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Investor memantau perdagangan saham melalui gawainya di Jakarta (ilustrasi). Pasar saham domestik bergerak di zona hijau pada perdagangan pagi hari ini, Jumat (11/12/2020).
Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA
Investor memantau perdagangan saham melalui gawainya di Jakarta (ilustrasi). Pasar saham domestik bergerak di zona hijau pada perdagangan pagi hari ini, Jumat (11/12/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar saham domestik bergerak di zona hijau pada perdagangan pagi hari ini, Jumat (11/12). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,38 persen atau bertambah 22 poin ke level 5.955,68. Sementara indeks LQ45 naik setengah persen. 

Pergerakan IHSG hari ini diprediksi cenderung melemah karena diwarnai sejumlah sentimen negatif. Hal ini sejalan dengan pergerakan indeks saham Asia.

Baca Juga

"Indeks saham di Asia dibuka variatif dengan kecenderungan turun karena rasa optimisme investor tertekan oleh lonjakan jumlah kasus penularan virus Covid19 secara global serta ketidakpastian paket stimulus fiskal di Amerika Serikat (AS)," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Jumat (11/12).

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan negosiasi paket stimulus ekonomi mengalami banyak kemajuan. Namun politisi dari Demokrat dan Republik menyebut masih membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai kesepakatan. 

"Perhatian investor kembali tertuju pada paket stimulus ekonomi setelah pemulihan pasar tenaga kerja AS mulai tersendat," tulis riset. 

Dari Eropa, investor juga mencerna pernyataan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson bahwa ada kemungkinan kuat bahwa Inggris akan berpisah dengan Uni Eropa tanpa mencapai kesepakatan dagang. Ini akan menjadi sentimen negatif bagi pasar saham.

Sementara itu, bank sentral Eropa (ECB) seperti yang di prediksi pasar, akan membeli obligasi sebanyak 500 miliar euro untuk melawan resesi yang berkepanjangan. Durasi program pembelian obligasi akan di perpanjang hingga 2022. Ini memberi jalan bagi ECB untuk memborong 75 persen emisi baru surat utang pemerintah negara zona Euro.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement