Kamis 10 Dec 2020 18:31 WIB

Jepang Beli 10.500 Unit Pendingin Penyimpan Vaksin Covid-19

Jepang memiliki kesepakatan untuk membeli total 290 juta dosis vaksin Covid-19

Red: Nur Aini
Vaksin Covid-19
Foto: istimewa
Vaksin Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang menyatakan akan membeli 10.500 unit pendingin untuk menyimpan vaksin Covid-19 saat mempersiapkan "tugas luar biasa" guna melindungi warganya dari virus, saat Ibu Kota Tokyo melaporkan rekor jumlah kasus baru.

Jepang dengan jumlah penduduk 126 juta memiliki kesepakatan untuk membeli total 290 juta dosis vaksin dari Pfizer Inc, AstraZeneca Plc, dan Moderna Inc, yang cukup dibagikan kepada 145 juta orang. Vaksin Pfizer perlu disimpan pada suhu sekitar minus 75 Celcius sedangkan vaksin Moderna pada suhu sekitar minus 20 Celcius, menimbulkan tantangan logistik yang kompleks dalam peluncurannya.

Baca Juga

"Sebuah tugas luar biasa menanti kami," kata direktur jenderal biro layanan kesehatan kementerian Tokuaki Shobayashi kepada media, Kamis (10/12).

Meskipun Jepang telah mengalami kasus yang jauh lebih sedikit daripada banyak negara Barat, infeksi baru terus meningkat karena cuaca yang lebih dingin membuat orang tetap berada di dalam ruangan.

Negara itu telah mencatat lebih dari 165.000 infeksi Covid-19 dan sekitar 2.500 kematian pada Rabu (9/12). Tokyo menjadi wilayah yang sangat terpukul dengan catatan rekor baru 602 kasus pada Kamis.

Menteri Pertahanan Nobuo Kishi pada Selasa (8/12) memerintahkan Pasukan Bela Diri Jepang untuk mengirim perawat ke sebuah kota di Prefektur Hokkaido utara yang dilanda pandemi, berdasarkan laporan media. Kementerian Kesehatan Jepang mengatakan masih terlalu dini untuk mengetahui kapan negara itu akan menerima vaksin, tetapi AstraZeneca telah mengumumkan bahwa, dari 120 juta dosis yang akan dialokasikan ke Jepang, 30 juta dosis kemungkinan akan dipasok pada kuartal pertama 2021.

Pemerintah Jepang akan mengawasi seluruh operasi vaksinasi dan menanggung biaya yang dikeluarkan. Pekerja medis garis depan, lansia, dan orang-orang dengan riwayat penyakit kronis akan diberi prioritas untuk menerima vaksin.

Seorang nenek berusia 90 tahun di Inggris menjadi orang pertama di dunia yang menerima suntikan Covid-19 yang telah diuji sepenuhnya pada Selasa (8/12), ketika negara itu mulai memvaksinasi massal rakyatnya. Norio Sugaya, seorang dokter di sebuah rumah sakit di Yokohama dan seorang spesialis penyakit menular, mengatakan bahwa keterlambatan vaksinasi juga ada keuntungannya.

“Sejujurnya, alangkah baiknya jika (vaksinasi) bisa dimulai akhir tahun ini. Tetapi kami akan dapat mempelajari lebih lanjut tentang potensi efek samping (sambil menunggu) dan tentang bagaimana membangun seluruh sistem vaksinasi yang dapat mempertahankan suhu minus 70 Celcius," kata Sugaya.

Regulator obat-obatan Inggris telah menyarankan orang-orang dengan riwayat alergi yang signifikan untuk tidak mendapatkan vaksin Pfizer setelah dua orang melaporkan reaksi yang merugikan pada hari pertama peluncurannya di Inggris.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement