Kamis 10 Dec 2020 09:29 WIB

Dibuka Menguat, IHSG Masih Berpotensi Melemah

Mayoritas bursa saham global pagi ini cenderung melemah.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Refleksi karyawan berjalan di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ilustrasi
Foto: ANTARA/Rivan Awal Lingga
Refleksi karyawan berjalan di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar saham domestik dibuka di zona positif pada perdagangan Kamis (10/12). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih melanjutkan penguatan di awal perdagangan sebesar 0,55 persen ke level 5.977. Sementara indeks LQ45 naik sebesar 0,59 persen. 

Penguatan IHSG ini tidak sejalan dengan pergerakan mayoritas bursa saham global yang cenderung melemah. Indeks saham di Asia pagi ini, Kamis (10/12), dibuka turun mengikuti pergerakan indeks saham utama di Wall Street semalam. 

Baca Juga

Pergerakan bursa saham global tersebut diperkirakan berpotensi membuat IHSG melemah. "Kami memperkirakan IHSG akan bergerak melemah terbatas pada hari ini," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Kamis (10/12). 

Phillip Sekuritas melihat investor saat ini tengah memantau perkembangan negosiasi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang mempunyai implikasi besar pada ekonomi. Kesepakatan mengenai paket stimulus ekonomi di AS terbukti masih sulit untuk tercapai. 

Para petinggi Partai Demokrat menolak usulan paket stimulus senilai 916 miliar dolar AS yang di ajukan Menteri Keuangan AS. Paket stimulus ini mendapat penolakan karena berisi dana bantuan tunjangan pengangguran yang lebih sedikit. 

Investor juga memantau kebuntuan pada negosiasi Brexit. Pembicaraan antara PM Inggris Boris Johnson dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen berakhir tanpa terobosan. 

Inggris telah keluar dari Uni Eropa (UE) pada bulan Januari lalu namun setuju untuk mempertahankan standar dan regulasi yang sama hingga akhir tahun ini. Masa transisi ini akan segera berakhir dalam 3 minggu dan muncul kehawatiran yang serius bahwa kedua belah pihak tidak dapat mencapai kesepakatan baru hingga akhir tahun ini. 

Investor juga akan mengantisipasi hasil pertemuan kebijakan bank sentral Eropa (ECB) nanti malam. ECB di prediksi akan menambah 500 miliar euro atau bahkan lebih untuk program darurat pembelian obligasi yang bernilai 1,35 triliun euro. ECB juga di yakini akan memperpanjang durasi dari program ini hingga akhir 2021 atau pertengahan 2022.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement