Rabu 09 Dec 2020 19:01 WIB

Ini Kata Pakar Mengapa Para Musisi Lepas Hak Cipta Karyanya

Musisi ternama dunia Stevie Nicks dan Bob Dylan melepas seluruh hak karya ciptanya.

Musisi ternama dunia Stevie Nicks dan Bob Dylan melepas seluruh hak karya ciptanya (Foto: ilustrasi)
Foto: Pexels
Musisi ternama dunia Stevie Nicks dan Bob Dylan melepas seluruh hak karya ciptanya (Foto: ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikon penyanyi rock Bob Dylan dan Stevie Nicks menjual seluruh katalog lagunya. Hal itu tentu mempengaruhi jagat industri musik. 

Pada Senin (8/12) bisnis rekaman dihebohkan dengan kabar bahwa Dylan menjual seluruh hak cipta karya-karyanya selama enam dekade kepada Universal Music Group (UMG) lebih dari 300 juta dolar AS atau Rp 4,2 triliun.

Baca Juga

Kabar Dylan melepas hak atas karya-karyanya itu muncul hanya beberapa hari setelah Stevie Nicks melepas 80 persen bagiannya dalam hak penerbitannya-baik untuk Fleetwood Mc dan karya-karya solonya. Nicks melepas hak atas karyanya kepada Primary Wave senilai 100 juta dolar AS (Rp 1,4 triliun).

Jadi, ada apa alasan musisi dunia menjual hak atas karyanya? Hal ini kembali menjadi sejarah baru, khususnya di tengah pandemi Covid-19.

"Tur konser adalah mesin keuangan bisnis musik, setidaknya sampai bulan Maret, jadi semua orang harus berpikir ulang," kata Jem Aswad, editor musik senior di Variety, melansir New York Post, Rabu (9/12).

"Dan apa sesuatu yang tidak akan kehilangan nilai dalam pandemi? Hak milik intelektual. Hak Cipta. Penerbitan. Itu adalah aset yang dapat diandalkan," lanjut Aswad.

Dengan sebagian besar artis yang tidak menghasilkan banyak uang dari penjualan rekaman fisik, unduhan, atau bahkan streaming, kecuali Taylor Swift, tur adalah aliran pendapatan utama, yang tiba-tiba mengering. Itulah sebabnya, para musisi berbondong-bondong menjual hak cipta karya mereka.

"Ada The Killers, yang menjual aset penerbitan mereka ke perusahaan ekuitas swasta, Calvin Harris menjual asetnya ke perusahaan ekuitas swasta," kata Aswad. 

Banyak musisi memang merasakan dampak dari krisis Covid-19. Pandemi membuat mereka harus berpikir out of the box. 

"Sekarang mereka sangat ingin membicarakan divestasi,” kata Steve Salm, kepala pengembangan bisnis di Concord Music Publishing, yang dilaporkan baru saja mengakuisisi portofolio Imagine Dragons seharga sekitar 100 juta dolar AS.

Dari perspektif keuangan, CEO Primary Wave, Larry Mestel, setuju bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk membuat kesepakatan tersebut. Sebab, suku bunganya sangat rendah.

"Dan hak cipta musik menyediakan tempat yang bagus bagi investor yang suka berinvestasi dalam peluang alternatif - tempat yang relatif aman untuk dikunjungi dan mendapatkan hasil. Sebagai contoh, Stevie Nicks, katalognya telah menghasilkan pendapatan yang sangat stabil sekarang selama 30 tahun atau lebih," kata Mestel.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement