Selasa 08 Dec 2020 09:42 WIB

Menerapkan Digitalisasi untuk Hadapi Perubahan

IMS Logistics menyatakan, dampak digitalisasi penting dalam pengelolaan gudang.

Rep: Yosa Maulana (swa.co.id)/ Red: Yosa Maulana (swa.co.id)
Bernard Bunawijaya, CEO IMS Logistics.
Bernard Bunawijaya, CEO IMS Logistics.

Berdiri tahun 1969, mulanya International Movers and Storage (IMS) bergerak di jasa layanan relokasi. Tahun 1993, generasi kedua mendirikan entitas baru, IMS Logistics. Fokusnya adalah bisnis logistik, mulai dari pergudangan (warehousing), relokasi, transportasi darat, pengiriman ekspres, hingga manajemen rantai pasok.

Waktu berlalu, IMS kini tumbuh makin kuat. Ia berhasil melalui berbagai tantangan, terutama lima tahun terakhir ketika teknologi memaksa perusahaan beradaptasi, termasuk sektor logistik. Apa rahasianya?

Agar tetap relevan dengan perubahan zaman, Bernard Bunawijaya, generasi ketiga pendiri yang sekarang bertindak sebagai CEO IMS Logistics, mengungkapkan, pihaknya melakukan transformasi. Salah satunya, menerapkan digitalisasi yang sangat diperlukan klien. “Kami mengubah cara me-manage gudang. Kami bikin sistem baru, in-house, memakai tim IT sendiri, agar bias adaptasi ke kondisi market yang berubah ini,” kata Bernard.

Konkretnya, sejak dua tahun lalu IMS memiliki Warehouse Management System, live inventory system berbasis web dan Android. Kemudian sejak setahun lalu, pada sisi transportasinya memiliki Transport Management System, live tracking system service yang paperless.

Dampak digitalisasi tersebut sangat penting dalam pengelolaan gudang. Dahulu, kata Bernard, proses pada warehouse dilakukan menggunakan barcode scanner dan komputer. Kini semuanya menggunakan aplikasi yang bisa diakses di ponsel sehingga memberikan kecepatan serta akurasi yang lebih tinggi. “Sekarang semua orang bisa melakukan scan. Semua orang bisa menjadi kasir. Dengan apps ini setiap tim mempunyai User ID masing-masing. Saya bisa memantau siapa yang melakukan scan tidak akurat atau lambat,” dia menjelaskan.

Produk lain sebagai buah transformasi adalah layanan warehouse sharing bernama Izzy Storage. Dihadirkan sejak 2016, layanan ini diperuntukkan bagi klien kecil. “Sekarang sudah banyak klien kami yang membutuhkan ini, seperti pebisnis online yang baru. Ini termasuk upaya kami untuk menangkap peluang saat ini di mana e-commerce semakin banyak,” kata Bernard.

Ia lalu menjelaskan, buah transformasi semakin terasa di masa pandemi. Namun, bukan karena transformasi digital, melainkan pada model bisnis. Bagaimana bisa?

Kendati sektor logistik dan jasa pengiriman tetap mampu tumbuh di tengah pandemi, sebenarnya banyak kendala yang dirasakan, terutama terhambatnya transportasi akibat pembatasan sosial yang mengakibatkan tersendatnya mobilisasi logistik. Dalam kondisi demikian, IMS Logistics tetap mampu melangkah maju. Dan usut punya usut, perubahan model bisnis dirasa cukup membantu menghadapi pandemi ini. “Sekitar empat tahun lalu mulai mengubah model bisnis, yakni less tangible assets, more intangible assets,” ungkap Bernard. Apa maksudnya?

Artinya, IMS mengurangi investasi ke warehouse, truk, dan tangible assets lainnya, dan lebih berinvestasi ke aset yang intangible seperti membangun tim yang lebih berkualitas, serta sistem yang lebih futuristik dan efisien. Dengan model ini, kata Bernard, mereka menjadi lebih fleksibel. Ketika ada permintaan gudang, mereka akan menyewa ke pemain lain dan hanya mengambil biaya manajemen sehingga terhindar dari kerugian biaya rental gudang, harga beli tanah, serta aset yang menyusut lainnya.

“Kami beruntung bisa lebih fleksibel saat pandemi muncul karena sudah menerapkan model tersebut,” ujar Bernard. Ia menambahkan, saat ini IMS Logistics memiliki dua gudang, yakni di Jakarta dan Surabaya, dengan total luas 7 hektare.

Bernard menjelaskan, berbagai transformasi yang dilakukan dimaksudkan untuk meraih market baru. Dan hasilnya positif. Selama empat tahun terakhir, omset dan profit selalu berkembang. “Mungkin hanya tahun 2020 ini yang melambat karena dampak pandemi. Dari tahun 2016 sampai 2019 pertumbuhan bisnis naik sekitar lima kali lipat,” ungkap pria kelahiran 1994 ini.

Ke depan, sekalipun pandemi bekum diketahui ujungnya, Bernard mengungkap, perusahaannya terus membentangkan rencana besar. Salah satunya, menyediakan all in solution, mulai dari POS (point of sales), operasional, dashboard, sampai sistem end to end. Intinya: IMS ingin terus berjaya, tak layu di tengah persaingan yang kian ketat. (*)

Yosa Maulana

www.swa.co.id

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan swa.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab swa.co.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement