Ahad 06 Dec 2020 12:57 WIB

PHM Proyeksi Efisiensi Operasional Turun 34 Persen

Efisiensi jadi poin utama yang kini dikejar PHM seiring produksi Blok Mahakam.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Fuji Pratiwi
PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), selaku operator Blok Mahakam, memproyeksi biaya operasional atau opex tahun ini bisa ditekan hingga 34 persen.
Foto: Pertamina
PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), selaku operator Blok Mahakam, memproyeksi biaya operasional atau opex tahun ini bisa ditekan hingga 34 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), operator Blok Mahakam,  memproyeksi realisasi biaya operasi pada tahun ini bisa di bawah alokasi yang sudah dicanangkan dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2020 yang juga sudah direvisi atau dipangkas.

General Manager PHM Agus Amperianto mengatakan, belanja operasional (Operation Expenditure/opex) PHM tahun ini mencapai 750 juta dolar AS. Angka itu lebih rendah dibandingkan target dalam revisi RKAP 2020 sebesar 947 juta dolar AS.

Baca Juga

"Opex turun hingga 34 persen menjadi 750 juta dolar AS dibandingkan realisasi opex 2019 sebesar 1,144 miliar dolar AS," kata Agus, Sabtu (5/12).

Selain itu, Pertamina juga bisa menurunkan cost recovery atau biaya pengembalian yang harus dibayarkan oleh negara kepada kontraktor dibandingkan periode 2019. Pada 2019 dengan realisasi opex mencapai 1,144 miliar dolar AS, cost recovery yang dibayarkan negara mencapai 22,9 dolar AS per barel oil equivalent (BOE). Sementara pada akhir tahun nanti pembayaran cost recovery ditargetkan hanya 17,9 dolar AS per BOE.

 

Menurut Agus, dari data dan proyeksi yang ada, efisiensi jelas menjadi poin utama yang kini dikejar PHM. Hal itu seiring upaya menjaga kinerja produksi lapangan-lapangan di Blok Mahakam.

Umur lapangan maupun fasilitas produksi di Mahakam rata-rata sudah lebih dari 40 tahun atau berumur tua. Dalam teori industri migas, umur lapangan maupun fasilitas produksi yang sudah tua memerlukan biaya ekstra untuk perawatannya.

"PSC Mahakam saat ini usianya 46 tahun dan berada di fase paradoks mature field, sudah masuk fase penurunan produksu. Opex meningkat karena operasi makin kompleks," ungkap Agus.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement