Ahad 06 Dec 2020 08:32 WIB

Survei: Fast Fashion Akan Ketinggalan Zaman

Hampir separuh jumlah responden tak ingin difoto dua kali menggunakan baju yang sama.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Fuji Pratiwi
Produk baju (ilustrasi). Menurut penelitian terbaru, setengah dari warga Amerika percaya fast fashion akan cepat ketinggalan zaman.
Foto: Muhammad Adimaja/Antara
Produk baju (ilustrasi). Menurut penelitian terbaru, setengah dari warga Amerika percaya fast fashion akan cepat ketinggalan zaman.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Menurut penelitian terbaru, setengah dari warga Amerika percaya fast fashion yang diproduksi cepat dengan harga sangat murah akan cepat ketinggalan zaman. Hal itu, juga ditegaskan dalam survei terbaru yang melibatkan 2.500 orang Amerika menyoal tren fast fashion dan mengungkap setidaknya ada 54 persen di antaranya yang menentang.

Hasil penelitian menunjukkan, enam dari 10 responden percaya media sosial memperburuk masalah fast fashion. Hal itu, disebabkan keinginan untuk tidak menjadi "pengulang pakaian". Menurut survei yang dilakukan oleh OnePoll atas nama Avocado Green Mattress, 48 persen memilih untuk tidak difoto dengan pakaian yang sama dua kali dan media sosial membuat pilihan mode menjadi lebih publik daripada yang seharusnya.

Baca Juga

Tak hanya itu, fast fashion juga nyatanya jauh dari mode ramah lingkungan. Menurut survei itu, 46 persen percaya mereka tidak bisa bergaya dan ramah lingkungan. Sedangkan, 54 persen lainnya lebih tertarik pada keterjangkauan daripada kualitas ketika menemukan pakaian baru. Dan meski 69 persen responden menyatakan kepeduliannya terhadap masalah lingkungan, hanya 44 persen yang "selalu" atau "sering" mempertimbangkan potensi dampak lingkungan dari pembelian pakaian mereka.

"Di dunia saat ini, sangat mudah untuk mengeklik 'tambahkan ke keranjang' tanpa mempertimbangkan dampak sebenarnya dari keputusan itu, baik pada orang yang membuat produk ini maupun pada lingkungan," kata Mark Abrials, salah satu pendiri dan CMO dari Avocado Mattress dikutip dari Study Finds, Ahad (6/12).

Sayangnya, 44 persen responden mengaku telah membuang pakaian yang masih sangat bagus alih-alih membawanya ke toko barang bekas atau mendonasikannya. Survei juga menunjukkan jika responden sadar tindakan mereka tidak terlalu ramah lingkungan. Walaupun, 62 persen responden mengakui mode adalah salah satu bidang di mana mereka bisa lebih ramah lingkungan.

"Tapi begitu Anda memutuskan untuk mendidik diri sendiri dan menjadi lebih terinformasi dan sadar, itu sebenarnya membuat keputusan ini jauh lebih mudah." tambah Abrials.

Lebih jauh, sepertiga (33 persen) responden mengatakan, mereka lebih menyukai berbelanja barang lokal. Ketika 29 persen di antaranya dilakukan untuk menghindari fast fashion.

Abrials mengatakan, perubahan kecil dapat memberi hasil yang besar. Lebih dari sebelumnya, perusahaan mengambil tindakan untuk menjadi lebih ramah lingkungan, baik melalui materi yang mereka gunakan atau dengan menggunakan kembali atau menyumbangkan produk daripada membuangnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement