Kamis 03 Dec 2020 22:29 WIB

Kerjasama dengan Palestina, Perusahaan Jerman Buka Bootcamp IT Pertama di Ramallah

Perusahaan dari Stuttgart membuka akademi komputer untuk melatih warga Palestina.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Tania Kraemer/DW
Tania Kraemer/DW

"Saya sangat senang," kata Tala Qawasmi. "Sangat menantang untuk bekerja dalam tim; setiap orang punya ide mereka sendiri. Tetapi sangat penting untuk bekerja sama dan memasukkan semua gagasan ke dalam satu masalah untuk akhirnya menemukan solusi."

Perempuan Palestina berusia 25 tahun ini adalah bagian dari angkatan pertama Axsos Academy yang baru saja dibuka, sebuah bootcamp pelatihan intensif bagi para calon pengembang software komputer di kota Ramallah, Tepi Barat.

Program pelatihan pertama berlangsung selama empat bulan, namun sempat tertunda beberapa kali karena pandemi virus corona. Terdapat sekitar 2.500 pelamar dari seluruh Tepi Barat dan Jalur Gaza, tetapi hanya 43 orang yang diterima sebagai angkatan pertama.

"Ini tantangan yang sangat besar. Kami harus memastikan bahwa kelas tidak penuh, mengawasi pemakaian masker dan menjaga jarak aman. Ini situasi normal baru yang kami jalani," kata Shirin Toffaha, manajer sumber daya manusia di Axsos Academy.

Kerjasama Palestina-Jerman

Untuk saat ini, tempat pelatihan masih menggunakan satu lantai di Kementerian Telekomunikasi Palestina. Rencana pindah ke gedung akademi di Ramallah, yang mempunyai fasilitas asrama bagi peserta terpaksa harus ditunda hingga 2021.

Akademi ini terbuka bagi para profesional dan lulusan dari berbagai bidang, tidak hanya bagi mereka yang punya latar belakang komputer. Usia peserta berkisar antara 18 sampai 51 tahun. Banyak peserta yang sudah bekerja. Program ini memang dimaksudkan juga untuk mereka yang ingin beralih profesi atau mencari orientasi lain dalam kariernya.

"Kami bertujuan untuk mengumpulkan orang-orang dari berbagai latar belakang yang berbeda, tetapi dengan komitmen dan semangat untuk membentuk jalur karier mereka, atau bagi para lulusan baru," kata Shirin Toffaha. "Mereka harus berkomitmen selama empat bulan, enam hari seminggu, dan kerja keras 10 sampai 12 jam sehari."

Kriteria perekrutan penting lainnya adalah keterampilan bahasa Inggris. Karena pelatihan diadakan dalam bahasa Inggris. Pelamar yang kurang memiliki kemampuan bahasa Inggris yang memadai didorong untuk belajar dulu dan melamar lagi di tahap selanjutnya.

Menggunakan pengetahuan dan keahlian Jerman

Dalam lima tahun ke depan, Axsos Academy menargetkan akan melatih sekitar 5.000 warga Palestina dalam pemrogaman software komputer.

"Gagasan awalnya muncul dalam percakapan dengan Perdana Menteri Palestina Mohammed Stayyeh, yang mengatakan dia ingin ada pengembang software yang lebih berkualitas dan bertanya apakah kami bisa melatih mereka," kata Frank Mueller, Direktur Utama Perusahaan IT Axsos, yang berbasis di Stuttgart.

"Fokusnya adalah pelatihan intensif dan berkualitas tinggi, dan dia (Perdana Menteri) menekankan bahwa perusahaan Jerman harus memimpin dan menerapkan pendekatan cara kami."

Selama 10 tahun terakhir, Axsos sudah berinvestasi di Palestina, bahkan memindahkan sebagian bagian customer service ke Ramallah. Axsos menawarkan solusi bagi perusahaan menengah dalam keamanan TI, infrastruktur, dan digitalisasi.

(hp/ha)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement