Kamis 03 Dec 2020 19:50 WIB

Pemkot Malang Akui Ruang Perawatan Sejumlah RS Masih Penuh

Kondisi RS rujukan Covid di Kota Malang saat ini jadi perhatian khusus Pemprov Jatim.

Rep: Wilda Fizriyani, Dadang Kurnia/ Red: Andri Saubani
Pemerintah Kota (Pemkot) Malang menyediakan layanan tes usap untuk jurnalis di Labkesda Kota Malang, Kamis (3/12). (ilustrasi)
Foto: Republika/wilda fizriyani
Pemerintah Kota (Pemkot) Malang menyediakan layanan tes usap untuk jurnalis di Labkesda Kota Malang, Kamis (3/12). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Malang mengaku belum menerima data detail tentang kondisi ruang perawatan khusus Covid-19 di sejumlah rumah sakit (RS). Namun berdasarkan informasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang, kapasitas ruang perawatan di RS memang masih penuh.

"Semuanya overcapacity karena memang layanan yang di Kota Malang tidak semata meng-cover warga Kota Malang, tapi juga di luar Kota Malang," kata Kepala Bagian (Kabag) Humas, Pemkot Malang, M Nur Widianto kepada wartawan di Labkesda Kota Malang, Kamis (3/12).

Baca Juga

Kondisi RS di Kota Malang menjadi perhatian khusus bagi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur (Jatim). Pemerintah kembali menyeriusi untuk mengoperasikan RS Lapangan di Poltekkes Kota Malang. Layanan ini nantinya tidak hanya untuk warga Kota Malang tapi juga daerah lainnya.

Saat ditanyai kesiapan RS Lapangan, Widianto mengaku, belum mendapatkan informasi dari Pemprov Jatim. Pasalnya, seluruh aspek pendirian RS Lapangan menjadi kewenangan Pemprov Jatim. Pihaknya hanya memberikan tempat untuk fasilitas tambahan pasien Covid-19 tersebut.

Mengenai kapasitas RS juga diungkapkan Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko. Dia tak menampik, kapasitas ruang perawatan pasien Covid-19 di sejumlah RS di Kota Batu sudah penuh. Jika terdapat tambahan pasien yang harus dirawat, Pemkot sudah berkoordinasi dengan RS di Mojokerto, Pasuruan, Malang dan Surabaya.

Dewanti tidak mengambil keputusan untuk menambah ruang perawatan pasien Covid-19 di RS. Hal ini karena jumlah tenaga dan fasilitas kesehatan di wilayahnya masih minim. Ia lebih memilih membangun shelter di setiap desa termasuk memfungsikan tempat karantina di Oro-oro Ombo.

"Tanggal 4 rencana akan rakor dan kondisi ini sudah dilaporkan ke ibu gubernur," kata dia menambahkan.

Selama beberapa hari terakhir, Kota Batu kembali berada di zona merah Covid-19. Tercatat, total kasus konfirmasi positif Covid-19 mencapai 766 orang pada 2 Desember 2020. Dari total 766 kasus, 86 di antaranya masih dalam perawatan dan isolasi.

Pada Senin (30/11), Satgas Penanganan Covid-19 Jatim merilis data adanya enam rumah sakit (RS) rujukan Covid-19 di Malang Raya dengan tingkat keterisian atau bed occupancy ratio (BOR) mencapai 100 persen. Penanganan Covid-19 di Malang Raya kini menjadi fokus perhatian Satgas Covid-19 Jatim.

"Yang BOR-nya naiknya drastis ada dua yang sekarang menjadi concern yaitu Malang Raya. Di Malang Raya itu ada enam rumah sakit yang sampai 100 persen. Itu kan berarti penuh," ujar Staf Ahli Rumpun Kuratif Satgas Penanganan Covid-19 Jatim, dr. Makhyan Jibril Al-Farabi dikomfirmasi Republika, Senin (30/11).

Ketua Rumpun Kuratif Satgas Covid-19 Jatim Joni Wahyuhadi mengungkapkan, angka BOR di RS rujukan Covid-19 di Malang Raya mencapai 70 persen. Melebihi standar yang ditetapkan WHO di angka 60 persen.

"Kemarin di Malang kan kita analisis, perlu penambahan, karena BOR-nya lebih dari 70 persen," ujar Joni di Surabaya, Senin (30/11).

Maka dari itu, kata Joni, Satgas Covid-19 Jatim merencanakan pembangunan rumah sakit darurat Covid-19 di Malang Raya, seperti yang dibangun di Surabaya. Nantinya, rumah sakit darurat tersebut diperuntukkan bagi pasien Covid-19 yang bergejala klinis ringan.

"Memang BOR-nya naik. Karena naik menjadi 70 persen, Ibu Gubernur memutuskan ada alternatif membuat rumah sakit lapangan. Seperti yang kita buat di sini. Supaya apa? Supaya bisa relaksasi rumah sakitnya," ujar Joni.

photo
Sekolah Tatap Muka - (Republika/Mgrol100)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement