Kamis 03 Dec 2020 18:01 WIB

OPOP Dorong Pesantren Mandiri Ekonomi

Melalui OPOP, pesantren diharapkan menghasilkan produk berdaya saing.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Fuji Pratiwi
Seorang santri meracik kopi saat Gelar Produk One Pesantren One Product (OPOP), di halaman Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat, tahun lalu. Melalui OPO, Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus mendorong pesantren mandiri secara ekonomi.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Seorang santri meracik kopi saat Gelar Produk One Pesantren One Product (OPOP), di halaman Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat, tahun lalu. Melalui OPO, Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus mendorong pesantren mandiri secara ekonomi.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus mendorong pesantren mandiri secara ekonomi. Antara lain melalui program One Pesantren One Product (OPOP).

OPOP merupakan salah satu program yang diusung pasangan Gubernur-Wakil Gubernur Jabar (RK-UU) pada masa kampanye. Program ini diluncurkan Gubernur Ridwan Kamil pada November 2018.

Baca Juga

"Sejak awal program ini dirancang untuk mendorong pesantren di Jabar untuk mandiri secara ekonomi," kata Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil (KUK) Provinsi Jawa Barat, Kusmana Hartadji di Bandung, Jawa Barat, Kamis (3/12).

Menurut Kusmana, sejatinya pesantren di Jabar memiliki potensi besar untuk mandiri secara ekonomi. Namun, sebagian besar dari 9.000 pesantren di Jabar, masih memerlukan pendampingan usaha untuk bisa mencapai kemandirian tersebut.

Program OPOP mendapatkan penghargaan Top 45 Inovasi Pelayanan Publik 2020 dan 5 Pemenang Outstanding Achievement of Public Service Innovation 2020 pada Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) 2020 digelar Kementerian PANRB. Penghargaan diserahkan oleh Menteri PANRB Tjahjo Kumolo kepada Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di Jakarta, Rabu 25 November 2020.

Lewat program OPOP, pesantren bukan hanya mengikuti audisi untuk dicari yang terbaik, tapi pesantren juga akan mendapatkan peningkatan wawasan dan pengetahuan dan  pendampingan usaha. Target yang dibidik, pesantren yang mengikuti program ini akan menghasilkan produk-produk yang mampu memiliki nilai tinggi di pasar domestik maupun pasar internasional.

"Produk-produk yang dihasilkan akan dicarikan pembelinya oleh Pemprov Jabar atau biasa kita sebut dengan off taker," kata Kusmana.

Dinas KUK, kata dia, juga akan membantu pesantren tersebut untuk membuka pasar bagi produknya. Bahkan, akan membantu membukakan jejaring hingga link and match dengan pesantren lain yang memiliki produk berkaitan. 

Bidang usaha OPOP, kata dia, meliputi, jasa, fashion, pertanian, makanan dan minuman, kerajinan, peternakan, perdagangan perikanan dan lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement