Kamis 03 Dec 2020 07:57 WIB

Dr Aqua Dwipayana Sharing Model Komunikasi Hadapi Proxy War

Komunikasi punya peran strategis hadapi Perang Proksi.

Pakar  komunikasi dan motivator Dr Aqua Dwipayana.
Foto: Istimewa
Pakar komunikasi dan motivator Dr Aqua Dwipayana.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini, ancaman perang yang dihadapi setiap negara tidak lagi bersifat kasat mata berupa perang secara fisik. Kecenderungan perang dewasa ini adalah perang yang tidak kelihatan, tanpa bentuk, dan bukan merupakan perang langsung. Ini yang disebut sebagai perang proksi atau proxy war.

“Inilah bentuk perang yang banyak dilakukan oleh pihak- pihak/negara-negara yang berkepentingan saat ini. Perang dilakukan secara semu (pseudo) agar siapa pun yang mempunyai kepentingan strategis dalam perang tersebut tidak terlibat secara langsung, atau bahkan tidak diketahui sama sekali," kata pakar komunikasi dan motivator nasional Dr Aqua Dwipayana melalui rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (3/12).

Ia menambahkan, salah satu media yang digunakan adalah strategi adu domba dan penyesatan informasi melalui berbagai sarana dan salah satunya adalah melalui media sosial. "Di sinilah peran strategis komunikasi sebagai salah satu antisipasi dalam menghadapi ancaman perang laten tersebut,” ujar Aqua.

Menurut rencana, doktor komunikasi dari Fikom Universitas Padjadjaran tersebut akan menyampaikan pemikirannya pada pada Seminar Nasional Potensi Kedirgantaraan 2020 yang digelar oleh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara di Ballroom Hotel Bidakara Grand Pancoran Jakarta Selatan, hari ini. Dr Aqua Dwipayana akan menyampaikan materi “Model Komunikasi yang Efektif Dalam Menghadapi Era VOCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity)".

Tema ini dinilai sangat penting dan dalam kaitan dengan penyiapan potensi kedirgantaraan nasional. “TNI AU memerlukan strategi untuk menyesuaikan diri dan meningkatkan kemampuan dalam menyikapi semua informasi yang berkembang,” kata Aqua.

Pada seminar nasional tersebut, Aqua menjadi pembicara pertama diikuti oleh Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim;  Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional President University Prof. A. A. Banyu Perwita  PhD;  serta Prof  Dr  Ir  Bondan Tiara Sofyan  MSi yang merupakan dosen tetap Unhan/mantan Dirjen Pothan. Sementara itu Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, SE, MPP akan menjadi pembicara kunci. 

Ketua panitia kegiatan, Kolonel Jeffry D Ritiau mengungkapkan Seminar Nasional Potensi Kedirgantaraan 2020 ini merupakan forum strategis dalam mempertemukan banyak pihak. “Seminar ini juga terutama menjadi sarana menyatukan persepsi dan pencerahan terkait dengan pemberdayaan wilayah pertahanan udara sesuai amanat Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia,” ungkap Jeffry. Ia berharap dari seminar nasional ini dapat muncul formulasi implementasi pemberdayaan wilayah pertahanan udara melalui pembinaan potensi kedirgantaraan. 

Menurut Jeffry D Ritiau, kegiatan Seminar Nasional Potensi Kedirgantaraan 2020 diselenggarakan dalam dua pola.  Pertama, pemaparan empat  orang narasumber sesuai tema masing-masing; Kedua, tanggapan dari para penanggap seminar. Sesi Tanya jawab antara narasumber dan penanggap, dilakukan setelah semua narasumber menyampaikan materi sesuai sub tema masing-masing. 

“Apabila waktu masih tersedia, peserta seminar yang hadir dapat memberikan tanggapan (berupa pertanyaan, saran, atau pun komentar) terhadap materi seminar. Kegiatan tanya jawab antara pemateri, penanggap, dan peserta seminar dipandu oleh moderator,” katanya menguraikan.

Sementara itu, Kepala Pusat Potensi Kedirgantaraan TNI AU Marsekal Pertama Fajar Adriyanto MBA, MSi (Han) , kegiatan ini sesungguhnya menjadi implementasi pemikiran kritis yang telah digagas cukup lama di Puspotdirga. “Pembinaan potensi kedirgantaraan dalam rangka pemberdayaan wilayah pertahanan udara selayaknya mendapat perhatian lebih, mengingat aspek-aspek yang terkait dengan potensi kedirgantaraan begitu luas dan menyimpan banyak potensi yang dapat dikembangkan sebagai kekuatan pertahanan udara,” kata Fajar.

Untuk itu, Fajar  menambahkan, Puspotdirga sebagai bagian dari institusi TNI Angkatan Udara sangatlah tepat apabila melakukan pengkajian lewat kegiatan seminar nasional. “Dari seminar nasional diharapkan dapat menghasilkan suatu rumusan pembinaan potensi kedirgantaraan secara lebih spesifik sehingga dapat diberdayakan sebagai kekuatan pertahanan negara di ruang udara," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement