Rabu 02 Dec 2020 21:49 WIB

Pintu Berkarya untuk Penyandang Disabilitas Diminta Dibuka

Mereka terinsiprasi untuk membuat usaha kopi.

Alumni dari Balai Besar Cibinong, Bogor, Rendi Agustra dan Saldi Rahman memerkan hasil usaha kopi mereka.
Foto: Dok. Kem
Alumni dari Balai Besar Cibinong, Bogor, Rendi Agustra dan Saldi Rahman memerkan hasil usaha kopi mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Masyarakat, pemerintah maupun pihak swasta didorong untuk memberikan peluang kepada penyandang disabilitas agar berkarya. Salah satunya dalam dunia kerja dan wirausaha.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Kementerian Sosial Eva Rahmi Kasim dalam acara Disabilities Show Episode 2 yang merupakan rangkaian Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2020. Episode ini membahas tentang pembekalan dunia kerja dan wirausaha bagi penyandang disabilitas.

Eva menyampaikan, Kemensos menyiapkan kebijakan, program dan respon kasus terhadap penyandang disabilitas. “Negara hadir dalam rangka penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas. Apalagi kondisi Covid-19, banyak kasus penyandang disabilitas di PHK bahkan ditelantarkan,” kata dia dalam keterangannya, Rabu (2/11).

Kemensos memberikan program rehabilitasi sosial melalui balai, salah satunya Balai Besar Cibinong, Bogor yang fokus pada pelatihan vokasional dan kewirausahaan. Ada 7 jenis pelatihan di balai yaitu komputer, desain grafis, penjahitan, pekerjaan logam, otomotif, elektronik dan contact center. Pelatihan ini  pun sudah memenuhi Standar Kompetensi Kerja Nasional. 

Balai Besar Cibinong, Bogor ini sudah bekerja sama dengan 300 perusahaan untuk menyalurkan para penerima manfaat yang sudah siap kerja. Perusahaan tersebut beragam, mulai dari perusahaan garmen, otomotif, elektronik, desain grafis hingga pengelasan. Eva menyebutkan bahwa kesempatan kerja dari perusahaan itu penting karena telah diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas.

Dalam kesempatan ini juga hadir alumni dari Balai Besar Cibinong, Bogor, Rendi Agustra dan Saldi Rahman, penyandang disabilitas fisik yang kini telah memiliki usaha Kopi Kito Rato. Mereka terinsiprasi untuk membuat usaha kopi karena kopi sudah menjangkau semua kalangan dan masih sedikit penyandang disabilitas yang membuka usaha kopi.

“Selama pandemi, kita kena dampaknya. Tapi kita coba bertahan dengan berinovasi. Salah satunya dengan tetap berjualan dan mengemas kopi ke dalam botol berukuran 1 liter, 0.5 liter dan 0.25 liter,” kata Saldi.

Selain itu, Rendi juga menjelaskan, inovasi ukan dengan konsep kedai kopi, tetapi menggunakan mobil untuk berjualan kopi. “Kita sebut mobil VW Inklusif Merah Putih. Filosofinya yaitu mobil dengan warna merah putih dan usaha kopi ini yang resmi berdiri saat hari kemerdekaan,” kata dia.

Saldi mengungkapkan, tantangan tersulit hingga mencapai titik saat ini adalah tantangan kesiapan diri, bagaimana menerima status sebagai penyandang disabilitas. “Harus semangat, kuat dan kreatif agar kita menjadi setara,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement