Kamis 03 Dec 2020 01:16 WIB

Gelombang Covid-19 Baru di Jepang Lebih Serius

Jepang harus bersiap menghadapi lebih banyak kematian ke depan

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
 Para penumpang yang memakai masker wajah untuk melindungi dari penyebaran virus corona berjalan di sebuah jalan di Tokyo, Selasa, 17 November 2020.
Foto: AP/Koji Sasahara
Para penumpang yang memakai masker wajah untuk melindungi dari penyebaran virus corona berjalan di sebuah jalan di Tokyo, Selasa, 17 November 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO - Pemerintah Jepang menyiapkan skenario kasus terburuk menyusul meningkatnya jumlah pasien Covid-19 di musim dingin. Perbedaan antara gelombang virus corona terbaru di Jepang dan gelombang yang tenang di musim panas, membuat parlemen bertindak menyesuaikan strategi.

"Kami merasakan urgensi atas fakta bahwa jumlah kasus serius telah meningkat menjadi hampir 500,” kata Menteri Kesehatan Norihisa Tamura dikutip laman Bloomberg, Rabu (2/12). Peningkatan ini membuat pihak berwenang berusaha keras untuk memastikan bahwa ada cukup tempat tidur dan praktisi medis.

Baca Juga

Wabah di Jepang saat ini difokuskan pada empat wilayah. Di antaranya, kota Sapporo di pulau utara Hokkaido yang merupakan tempat pertama terjadinya lonjakan kasus baik pada wabah saat ini maupun gelombang awal pada Februari, Aichi, pusat industri yang menjadi rumah bagi Toyota Motor Corp, tanah air komersial Osaka, dan ibu kota Tokyo.

Di banyak wilayah tersebut, tempat tidur untuk kasus yang paling serius sudah hampir habis. Tokyo mendekati 50 persen kapasitas.

NHK melaporkan Pemerintah Metropolitan Tokyo akan meminta rumah sakit untuk menambah 50 tempat tidur untuk kasus-kasus serius. Hal itu akan membuat total menjadi 200. Penggunaan tempat tidur turun pada Selasa (1/12), dengan kota melaporkan lima kematian.

Definisi "kasus serius" berbeda di setiap wilayah. Tokyo mendefinisikannya sebagai yang membutuhkan ventilator atau mesin ECMO, sedangkan definisi nasional juga mencakup yang ada di ICU. Sementara itu, penyebab di balik peningkatan kasus serius bukanlah misteri.

Peningkatan jumlah orang lanjut usia, yang berisiko lebih besar, kali ini terjangkit Covid-19, dibandingkan dengan gelombang musim panas. Tren ini terutama terlihat di Tokyo, di mana orang yang lebih muda menjadi proporsi kasus yang jauh lebih besar selama musim panas. Hal ini membantu mengurangi dampaknya pada sistem kesehatan.

Dengan keseluruhan infeksi di Jepang mencapai 2.000 per hari, pihak berwenang di seluruh negeri telah menyerukan periode tiga pekan upaya terkonsentrasi melawan virus. Di masing-masing dari empat area metropolitan, bar dan restoran diminta untuk tutup lebih awal.

"Tiga pekan ke depan adalah periode yang sangat penting," kata Perdana Menteri Yoshihide Suga kepada wartawan, Jumat pekan lalu. "Bersama-sama kita harus mengatasi peningkatan kasus ini," ujarnya menambahkan.

Meski demikian, terdapat beberapa tanda yang menggembirakan. Kasus di Tokyo pada pekan lalu pada dasarnya datar dibandingkan dengan tujuh hari sebelumnya. Daerah lain termasuk Hokkaido mulai melihat kurva rata, jika tidak menurun, yang mengarah pada harapan bahwa gelombang saat ini mungkin telah mencapai puncaknya.

Terlepas dari kekhawatiran bahwa masyarakat mungkin mengalami "kelelahan pandemi", data mobilitas menunjukkan seruan untuk menutup bar lebih awal memiliki dampak yang dimaksudkan untuk mengurangi pergerakan di kawasan hiburan malam hari. Meski begitu, Jepang harus bersiap menghadapi lebih banyak kematian ke depan.

Lebih dari setengah dari lebih dari 2.000 kematian akibat virus corona di negara itu berasal dari mereka yang berusia 80 tahun atau lebih. Mereka adalah kelompok usia dengan tingkat kematian 14 persen, menurut data kementerian kesehatan. Jepang memiliki lebih dari 11,6 juta orang dalam kelompok tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement