Kamis 03 Dec 2020 01:22 WIB

Daftar Barang yang Sering Dicuri dari Hotel dan Restoran

Wellness Heaven menguak barang yang paling banyak dicuri dari hotel.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Aston Priority Simatupang Hotel & Conference Center. Sejumlah pernak-pernik hotel di seluruh dunia kerap lenyap dibawa pulang oleh tamunya.
Foto: Aston
Aston Priority Simatupang Hotel & Conference Center. Sejumlah pernak-pernik hotel di seluruh dunia kerap lenyap dibawa pulang oleh tamunya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengusaha hotel maupun restoran kerap pusing karena sebagian tamu menyelundupkan barang-barang tertentu setelah berkunjung. Sedotan metal, asbak, sampai handuk, sering 'dipinjam' oleh konsumen dan tak pernah kembali.

Survei yang diterbitkan tahun lalu oleh panduan hotel daring Wellness Heaven menguak barang yang paling banyak dicuri dari hotel. Pada 2019, daftarnya adalah handuk, jubah mandi, gantungan, bahkan karya seni dan kasur.

Sebuah hotel mewah Hong Kong kerap kehilangan tas kain untuk cucian. Sementara, Beverly Hills Hotel di Los Angeles, Amerika Serikat, selalu kehilangan pembuka botol dari kamar, juga hiasan bebek karet di 45 Park Lane, London, Inggris.

Tak kehabisan akal, para pengusaha hotel maupun restoran mengambil kesempatan dari kebiasaan buruk konsumen tersebut. Salah satunya dilakukan mendiang desainer serta pengusaha restoran Inggris, Terence Conran.

Terence bersama keluarganya memiliki restoran Quaglino's dan sering sekali kehilangan asbak metal. Putranya, Sebastian Conran, mengatakan bahwa sang ayah ternyata punya rencana promosi dari ribuan asbak yang dicuri tersebut.

Selama lebih dari 10 tahun, restoran telah kehilangan lebih dari 20 ribu asbak. Lantas, Terence Conran merancang Museum Desain di London yang meminta siapapun yang pernah 'tanpa sengaja' mengambil asbak supaya mendonasikannya untuk pameran.

Pengusaha Richard Branson juga mendapati bahwa tempat garam dan merica berbentuk pesawat mini kerap hilang karena diambil penumpang pesawat. Untuk menandai, dia mengukir "diambil dari Virgin Atlantic" pada bagian bawah tempat bumbu itu.

Begitu pula Mandarin Oriental Hong Kong yang selalu kehilangan tas binatu sepatu yang bermerek. Direktur Pemasaran dan Komunikasi Hotel, Jenny Johnston, menambahkan pula bahwa ada barang yang bisa dibawa dan sebaiknya tidak dibawa.

Hampir semua pelaku bisnis perhotelan setuju bahwa pulpen, buku catatan, berbagai botol mini, dan sandal tidak masalah jika dibawa pulang. Namun, jubah mandi yang raib bisa membuat tagihan hotel membengkak untuk biaya penggantian.

Wakil Presiden Senior Small Luxury Hotels of the World (SLHW) Asia Pasifik, Mark Wong, mengatakan pula para tamu suka mengincar barang-barang bermerek. Misalnya, sumbat botol, pembuka botol, kacamata, dan payung untuk memorabilia.

"Sebagian besar hotel tidak keberatan karena itu adalah publisitas gratis untuk mereka, meskipun yang lain menagih tamu mereka atau menyarankan mereka membeli barang dagangan dari toko suvenir," ungkap Wong.

Pelanggan juga tidak bisa menahan diri jika melihat barang-barang unik. Tanda kamar bertuliskan "Are You Happy?" di Viceroy Bali, misalnya, sangat sering diambil pelanggan. Begitu juga tanda kuningan di The El Lodge Ski and Spa, Spanyol.

Dari Fendi Private Suites, di Roma, Italia, para tamu sering membawa pulang kunci berbentuk kartu yang tentu saja mereknya Fendi. Beberapa orang mengembalikan lagi barang-barang itu dengan mengirimkannya, tapi banyak pula yang tidak.

Jaringan makanan jalanan Meksiko yang berbasis di Inggris, Wahaca, secara teratur mengadakan kegiatan setiap Januari yang melibatkan para 'pencuri' sendok. Konsumen yang mengembalikannya mendapat imbalan taco gratis.

Selama tujuh tahun, restoran kehilangan sekitar 35 ribu sendok. "Kami pikir ini cara menyenangkan untuk memberi penghargaan kepada siapa pun yang cukup berani untuk membawa kembali sendok setelah 'meminjamnya'," kata juru bicara Wahaca, Ricky Davison.

Keuntungan dari pandemi Covid-19, semakin sedikit sendok yang hilang. Apalagi, restoran Wahaca tutup hampir sepanjang tahun atas perintah pemerintah. Jadi, restoran tidak akan menggelar kegiatan rutin serupa Januari mendatang, dikutip dari laman South China Morning Post, Rabu (2/12).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement