Selasa 01 Dec 2020 13:05 WIB

Palang Merah Desak Pemerintah Global Lawan Hoaks Vaksin

Setiap pemerintahan harus mulai membangun kepercayaan tentang pentingnya vaksin.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Penyuntikan Vaksin (ilustrasi)
Foto: AP/VOA
Penyuntikan Vaksin (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Presiden Federasi Internasional Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Francesco Rocca mendesak pemerintah dan institusi untuk memerangi berita palsu tentang vaksin Covid-19 pada Senin (30/11). Setiap pemerintahan harus mulai membangun kepercayaan tentang pentingnya memvaksinasi orang.

"Untuk mengatasi pandemi ini, kita juga harus mengalahkan pandemi ketidakpercayaan yang paralel," ujar Rocca dalam sebuah pengarahan virtual kepada Asosiasi Koresponden PBB.

 

Rocca mengatakan ada keraguan yang berkembang tentang vaksin secara umum dan tentang vaksin Covid-19 pada khususnya di seluruh dunia. Pernyataan ini merujuk pada studi Universitas Johns Hopkins baru-baru ini di 67 negara. Studi ini mencoba menemukan penerimaan vaksin menurun secara signifikan di sebagian besar negara dari Juli hingga Oktober tahun ini.

Dari seperempat negara, studi tersebut menemukan bahwa tingkat penerimaan vaksin melawan virus corona hampir atau di bawah 50 persen. Jepang turun dari penerimaan 70 persen menjadi 50 persen dan penerimaan Prancis turun dari 51 persen menjadi 38 persen.

Rocca menekankan kurangnya kepercayaan bukanlah fenomena dari Barat saja. Dia mengutip penelitian federasi dalam beberapa bulan terakhir di delapan negara Afrika yakni Kongo, Kamerun, Gabon, Zimbabwe, Sierra Leone, Rwanda, Lesotho, dan Kenya. Penelitian itu menunjukkan penurunan yang stabil dalam persepsi risiko infeksi Covid-19.

Semakin banyak orang yang mengindikasikan bahwa virus tersebut tidak memengaruhi orang muda atau Afrika. Bahkan ada yang percaya penyakit akibat virus corona tidak ada sekarang atau pandemi telah berakhir.

"Di beberapa negara Afrika, kami telah melihat skeptisisme umum terhadap vaksin secara umum, dengan kepercayaan umum bahwa orang asing menggunakan Afrika sebagai 'tempat pengujian' medis" kata Rocca.

Rocca menyatakan beberapa kelompok yang biasanya rentan dan terpinggirkan bahkan tidak menyadari pandemi tersebut. Hasil ini merujuk pada survei federasi di Pakistan yang menemukan 10 persen responden tidak tahu tentang Covid-19.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement