Selasa 01 Dec 2020 09:34 WIB

Memulai Urban Farming dengan Menanam di Tanah

Mulailah menanam urban farming dengan menggunakan tanah atau di tanah.

Sejumlah anak belajar menanam bibit pohon di Padepokan Restu Bumi, Ciracas, Jakarta Timur, Sabtu (21/11/2020). Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Jakarta Timur dalam rangka memperingati Hari Pohon Sedunia mengadakan program edukasi urban farming seperti menanam padi, budidaya manggot, menyiram tanaman dan berkebun.
Foto: Antara/Asprilla Dwi Adha
Sejumlah anak belajar menanam bibit pohon di Padepokan Restu Bumi, Ciracas, Jakarta Timur, Sabtu (21/11/2020). Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Jakarta Timur dalam rangka memperingati Hari Pohon Sedunia mengadakan program edukasi urban farming seperti menanam padi, budidaya manggot, menyiram tanaman dan berkebun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berkebun adalah salah satu teknologi tertua yang ditemukan nenek moyang kita untuk bertahan hidup. Kita bisa memulainya dengan cara sederhana: tanamlah dengan menggunakan tanah atau di tanah.

Peneliti urban farming dan biologi lingkungan dari Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Dian Armanda, mengatakan, teknologi urban farming atau berkebun di daerah perkotaan sudah sangat berkembang saat ini. Mulai dari yang populer, seperti hidroponik dengan media air, akuaponik, aeroponik, bahkan sampai indoor farming atau berkebun di ruang tertutup.

"Jangan membayangkan yang rumit soal berkebun karena semua orang secara alami punya green thumb (tangan dingin). Tinggal dilatih untuk menanam dan langsung dipraktikkan di rumah," kata Dian dalam Webinar Citigrower’s Urban Farming Series, Sabtu (29/11) malam. Webinar bertajuk "Berkebun Mudah, Murah, dan Menyenangkan; Mulai Darimana?" yang didukung Republika sebagai media partner ini juga menampilkan praktisi urban farming Sita Pujianto dari Jakarta.

Namun bagi pemula, Dian menyarankan, mulailah dengan cara yang paling sederhana. Menanam dengan tanah dan atau di tanah dengan cara yang sehat serta natural.

"Mengapa memulai dengan tanah? Selain lebih simpel, menanam di tanah yang ‘kotor’ itu juga sehat. Pada tanah subur, ada miliaran organisme termasuk mikrobia yang tidak hanya menyehatkan tanah dan tanaman, tapi juga membantu menghasilkan panen pangan yang sehat bagi manusia," kata Dian yang juga founder Citigrower, sebuah inisiatif urban farming berbasis digital, dalam keterangan tertulis kepada Republika.co.id, Senin (30/11).

Keragaman mikrobia pada tanah subur juga menyehatkan bumi, membantu mengikat karbon dari atmosfer ke tanah, yang artinya membantu memulihkan pemanasan global. "Menanam secara alami menyehatkan bagi bumi dan manusia," kata Dian.

Bagi yang baru mulai menanam, Dian juga mengimbau agar jangan merumitkan diri dengan target menanam untuk dijual atau komersial. Mulailah menanam untuk kebutuhan dari diri sendiri dan keluarga. "Kita produksi pangan secukupnya dan olah seperlunya," kata Dian menyarankan.

Dia mengungkapkan, data dari Economist Intelligence Unit menunjukkan, food waste yang dihasilkan tiap orang Indonesia setiap tahun sudah mencapai 300 kg. "Sungguh mubazir," kata Dian prihatin.

Bagaimana cara memulai untuk berkebun di rumah? Ada tiga langkah yang perlu dijalankan: menentukan tujuan, melakukan observasi serta desain, dan langsung praktik. Pertama, temukan alasan dan motivasi pribadi kita dalam berkebun. Misalnya, untuk menghasilkan pangan yang cukup, memanfaatkan waktu dan barang yang tersedia di rumah, menghasilkan uang, atau mungkin sekadar iseng-iseng belajar.

Kedua, melakukan observasi dan desain kebun. Tujuannya untuk mengetahui dan mengenal potensi, tantangan, hambatan kita berkebun rumah, lalu membuat rencana tanam. Lakukan pengamatan di mana ruang bisa menanam. Bisa memanfaatkan halaman, teras, balkon, rooftop, di tembok, di tangga, menggantung, terbuka atau bahkan tertutup. "Observasi juga terkait orientasi matahari dan angin, akses air, jenis dan kontur tanah, sampah, serta batas kebun dengan tetangga," katanya.

Setelah observasi, tentukan desain kebun yang ingin dibangun. Jenis tanaman yang cocok, jadwal tanam, elemen kebun (mau ada ternak atau kolam misalnya), struktur kebun dan sebagainya. "Terakhir, dan yang terpenting. Just do it! Lakukan dan terus belajar!” ajaknya.

Bahkan kesalahan adalah guru yang baik untuk membantu mengasah green thumb kita. "Kalau gagal, ingat kembali bahwa berkebun itu pada akhirnya menyenangkan, maka jangan berhenti,” kata Dian.

Webinar juga menampilkan testimoni dari Tomi, owner Okebunku Solo, yang baru sembilan bulan terakhir memulai berkebun di pekarangan rumahnya saat datang pandemi. Dalam tayangan video, ditampilkan keberhasilan Tomi dalam menanam sekaligus memanen berbagai jenis sayur dan buah di kebunnya. Tomi yang belajar berkebun dari nol menekankan pentingnya untuk terus mencoba dan belajar dalam bercocok tanam. “Itu kuncinya,” kata Tomi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement