Selasa 01 Dec 2020 03:55 WIB

Pemilih di Jabar akan di Tes Rapid Sebelum Mencoblos

Harapannya pengetesan tersebut bisa meminimalisir penyebaran virus corona.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Muhammad Fakhruddin
Pemilih di Jabar akan di Tes Rapid Sebelum Mencoblos (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Muhammad Iqbal
Pemilih di Jabar akan di Tes Rapid Sebelum Mencoblos (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Pemerintah Provinsi Jawa Barat berencana melakukan tes rapid kepada pemilih yang akan melakukan pencoblosan saat pemilihan kepala daerah (Pilkada) Serentak 9 Desember 2020. Hal ini disampaikan Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum usai menggelar rapat koordinasi di Mapolda Jabar, Senin (30/11).

Uu mengatakan, rencana ini baru masukan dari sejumlah pihak dalam rapat koordinasi. Harapannya pengetesan tersebut bisa meminimalisir penyebaran virus corona dari satu pemilih kepada pemilih lainnya. "Jadi yang ke TPS ini ketika datang harus rapid dulu.  Tapi memang tidak semuanya ikut tes," ujar Uu, Senin (30/11).

Uu mengatakan, untuk yang melaksanakan tes rapid nantinya kemungkinan hanya pemilih dengan umur 40 tahun ke atas. Selama ini warga dengan rentang umur di atas 40 lebih mudah terpapar Covid-19. "Kalau yang agak di bawah (40 tahun) itu agak tangguh (dari virus corona)," kata Uu.

Saat ini, menurut Uu, sudah ada tiga daerah di Jabar yang akan menggelar Pilkada tapi masuk dalam zona merah penyebaran COVID-19, yaitu Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Karawang. Selain tiga daerah ini, ada empat kabupaten/kota lain yang juga masuk dalam zona merah tapi tidak menggelar Pilkada Serentak.

Karena ditakutkan akan meningkatnya kasus serupa di daerah lain yang menggelar Pilkada, maka Pemprov Jabar akan mengkaji ulang agar bisa diselenggarakan tes rapid kepada pemilih. "Kita khawatir Pilkada ini bisa menjadi klaster baru," kata Uu.

Presiden Joko "Jokowi" Widodo tampak geram mengetahui bahwa kasus Covid-19 dalam beberapa hari ini justru meningkat pesat. Hal itu terlihat dalam rapat terbatas bersama Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN). 

"Ini semuanya memburuk, semuanya. Karena adanya tadi, kasus yang memang meningkat lebih banyak di minggu-minggu kemarin," kata Jokowi seperti disiarkan langsung di channel YouTube Sekretariat Presiden, Senin (30/11).

Jokowi juga menyampaikan perkembangan kasus virus corona di Indonesia per 29 November 2020. Jokowi menyoroti angka kenaikan kasus aktif dari minggu sebelumnya.

"Kasus aktif kita sekarang ini meningkat menjadi 13,41 persen. Meskipun ini lebih baik dari angka rata-rata dunia, tetapi hati-hati ini lebih tinggi dari rata-rata minggu yang lalu," ujar Jokowi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement