Senin 30 Nov 2020 19:46 WIB

Satu Menara di Wisma Atlet Dialihfungsikan untuk Perawatan

Satu menara ini sebelumnya untuk isolasi mandiri pasien Covid-19.

Rumah Sakit Darurat COVID-19 Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet di Jakarta.
Foto: WAHYU PUTRO A/ANTARA
Rumah Sakit Darurat COVID-19 Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- RS Darurat Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, mengalihfungsikan satu tower yang sebelumnya dimanfaatkan untuk isolasi mandiri menjadi tempat perawatan pasien positif Covid-19. Alih fungsi pemanfaatan tersebut mengingat tren kasus positif Covid-19 meningkat.

"Koordinator RS Darurat Covid-19, Mayor Jenderal TNI Dr dr Tugas Ratmono, memerintahkan kepada jajaran RS Darurat Wisma Atlet untuk mengalihfungsikan salah satu menara yang biasanya digunakan untuk isolasi mandiri yaitu Menara 4, untuk dipakai sebagai menara perawatan," kata Kepala Sekretariat RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Kolonel Laut (K) dr RM Tjahja Nurrobi MKes SpOT (K) Hand, di Jakarta, Senin (30/11).

Baca Juga

Dengan demikian, saat ini RS Darurat Wisma Atlet menyiapkan tiga menara untuk perawatan, yaitu Menara 4, Menara 6, dan Menara 7. Sedangkan Menara 5 tetap digunakan untuk isolasi mandiri.

Saat ini, ia mengatakan, RS Darurat Wisma Atlet merawat sebanyak 3.500 pasien. Dengan kecenderungan kenaikan jumlah kasus itu, jumlah keterisian rumah sakit itu juga meningkat.

Untuk, menurut dia, keterisian tempat perawatan isolasi mandiri bahkan mencapai angka 80 persen dan hanya tersisa 20 persen untuk ruang perawatan pasien positif Covid-19. "Sedangkan perawatan sudah mencapai 50-an persen. Untuk hotel-hotel isolasi mandiri, info kami dapatkan ada beberapa hotel yang sudah penuh juga, ini sudah hampir bahkan mencapai 100 persen, Dinas Parekraf atau Dinas Kesehatan DKI mau menambah (ketersediaan hotel isolasi)," katanya.

Untuk jumlah keterisian RS Darurat Wisma Atlet saat ini, dia mengatakan, bukan dilihat tentang masalah persentasenya tetapi lebih pada soal percepatan pengisiannya. "Mudah-mudahan. Kita berdoa tren tidak bertambah tinggi tapi melandai, karena kalau tren seperti ini (bisa) muncul luapan (jumlah pasien)," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement