Senin 30 Nov 2020 19:37 WIB

IDI Mohon Cuti Bersama Akhir Tahun Ditiadakan

Libur bersama jelas memicu aktivitas berkerumunan yang sebabkan lonjakan kasus.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Indira Rezkisari
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih berharap kebijakan libur bersama atau cuti bersama akhir tahun ditiadakan sebab lonjakan Covid-19 belum terkendali.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih berharap kebijakan libur bersama atau cuti bersama akhir tahun ditiadakan sebab lonjakan Covid-19 belum terkendali.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penularan virus Covid-19 masih tinggi dalam beberapa pekan terakhir, bahkan mencatatkan rekor tertinggi 6.267 kasus baru pada Ahad (29/11). Melihat masih tingginya kasus Covid-19, pemerintah diharap mempertimbangkan peniadaan cuti bersama di akhir tahun nanti.

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng M Faqih menilai kasus Covid-19 selama rentang waktu Agustus dan September meningkat setelah libur bersama. Ia menjelaskan, libur bersama memicu aktivitas berkerumun sehingga kasus bertambah.

Baca Juga

"Sehingga, untuk mencegah lonjakan kasus yang lebih besar maka kami dari IDI sangat memohon pemerintah barangkali meniadakan kebijakan cuti bersama dan libur bersama. Karena libur ini akan memicu kerumunan dan lonjakan kasus," katanya saat mengisi konferensi virtual BNPB bertema Menyikapi Tren Kenaikan Kasus Covid-19, Senin (30/11).

Yang terpenting, ia meminta semua lapisan masyarakat harus disiplin melakukan protokol kesehatan 3M. Yaitu memakai masker, menjaga jarak tidak berkumpul, dan mencuci tangan memakai sabun.

 

Menurutnya, Covid-19 bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan tenaga kesehatan melainkan juga semua pihak. Karena ini pandemi, semua orang bisa terinfeksi, semua wilayah mengalaminya maka harus menjadi peperangan semua orang.

"Tidak bisa hanya mengandalkan petugas kesehatan, pemerintah. Kita semua, masing-masing individu yang bertanggung jawab berkomitmen perang melawan Covid-19 ini," katanya.

Bahkan, ia menyebutkan pimpinan komunitas, pimpinan keagamaan, pimpinan organisasi massa seharusnya membantu mengkampanyekan protokol kesehatan. Para tokoh ini diharapkan ikut disiplin menjalankannya. Kalau seluruh lapisan masyarakat tidak disiplin berkomitmen melakukannya, Daeng khawatir Covid-19 sulit melandai.

"Kalau lengah tidak melakukan 3M, pimpinan masyarakat tidak mencontohkan, tidak mengkampanyekan, tidak mengarahkan anggota masyarakatnya maka kami khawatir kasus semakin tinggi. Bukannya kasus melandai, namun malah meningkat," katanya.

Apalagi, ia menjelaskan Covid-19 menjadi masalah karena cepat menular. Bahkan, dia menambahkan, mutasi Covid-19 yang justru meningkatkan kecepatan penularan.

Kalau penularan kasus Covid-19 masih tinggi, dia melanjutkan, maka beban berat di rumah sakit semakin bertambah. Efeknya, beban petugas kesehatan akan semakin berat. Kalau beban semakin berat, dia menambahkan, petugas kesehatan berisiko tertular virus ini.

"Sudah banyak dokter yang dilaporkan tertular virus dan gugur. Sampai sekarang 180 dokter dilaporkan meninggal dunia (akibat Covid-19)," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement