Selasa 01 Dec 2020 00:08 WIB

UMY Dukung Rintisan Desa Wisata di Mranggen Lewat Kuliner

Dosen UMY memberikan pelatihan pembuatan kuliner-kuliner kekinian.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Desa Wisata. Ilustrasi
Foto: Yukpiknik
Desa Wisata. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Dosen Prodi Agribisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Triwara Buddi Satyarini memberikan dukungan ke rintisan desa wisata di Mranggen, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Dukungan kepada desa wisata Surya Buana yang baru berdiri pada 2020 itu diberikan melalui pembenahan-pembenahan.

Pembenahan yang dilakukan termasuk penguatan kelembagaan pengelola, sarana wisata, sajian wisata, termasuk sajian kuliner. Hal itu dilakukan dalam pengabdian masyarakat yang mengambil tema pengembangan kuliner khas.

Baca Juga

Pembinaan dimulai dengan identifikasi potensi kuliner berdasarkan potensi hasil-hasil pertanian maupun potensi pangan tradisional warisan leluhur. Diketahui, hasil utama dari pertanian Desa Mranggen merupakan buah salak.

Berdasarkan identifikasi yang dilakukan Triwara, kuliner yang dapat dikembangkan terbagi dalam kuliner tradisional yang bisa dinikmati pengunjung di tempat dan kuliner khas yang bisa dijadikan oleh-oleh khas Desa Wisata Surya Buana.

Ketua Badan Permusyawatan Desa Mranggen, Sugiyono berpendapat, salak pondoh mungkin bisa disajikan masyarakat. Sebab, salak sudah sangat umum dijadikan oleh-oleh desa wisata sekitar Merapi, Jawa Tengah maupun DI Yogyakarta.

Sesama pembina Pokdarwis Surya Buana, pandangan serupa disampaikan Kepala Desa Mranggen, Kazis Fuadi.

"Untuk salak pondoh, biarlah disajikan oleh masyarakat, Dewi Suba (Desa Wisata Surya Buana) bisa saja membuat olahan salak, tapi yang belum banyak dibuat dan dijual di sekitar Magelang," kata Sugiyono, Sabtu (28/11).

Berdasarkan kondisi itu, Triwara memberikan pelatihan olahan pangan dari buah salak yang dilakukan selama tiga kali pada Februari-Maret 2020. Pelatihan yang diberikan mulai dari mengolah salak menjadi manisan hingga dodol salak, dan tahap awal mereka lakukan di setiap dusun sasaran pengabdian masyarakat bersama mahasiswa KKN UMY.

Mereka kemudian membentuk pokdarwis dan pengelola desa wisata. Setelah pokdarwis dan pengelola terbentuk, pelatihan olahan pangan dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas kelompok kuliner yang akan jadi mitra pokdarwis. Pelatihan dengan mitra diarahkan untuk memperkaya sajian kuliner berupa jajanan dan sayuran tradisional.

Selain itu, Triwara mengusulkan agar makanan khas yang disuguhkan masyarakat Desa Mranggen merupakan makanan yang sudah langka seperti serabi Jawa atau makanan lain yang tidak ada di tempat lain. Agar lebih kekinian, serabi Jawa ini bisa divariasi beraneka rasa, sehingga menarik selera, walau bukan pilihan tepat untuk oleh-oleh.

Pilihan lain yang bisa dijadikan kuliner oleh-oleh untuk dibawa pulang misalkan mengolah umbi-umbian seperti ketela pohon, ubi jalar dan pisang. Karenanya, setelah itu pelatihan mengolah umbi-umbian mereka laksanakan pada awal November beberapa waktu lalu.

"Program pengabdian ini juga akan menjadi program pendampingan jangka panjang dan selanjutnya kami akan mengadakan pelatihan pembuatan kemasan sebagai produk oleh-oleh," kata Triwara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement