Senin 30 Nov 2020 14:07 WIB

Mentan Minta Alokasi KUR Pertanian Naik Jadi Rp 80 Triliun

Tahun ini alokasi KUR pertanian ditetapkan sebesar Rp 60 triliun.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Petani menyemprotkan cairan pestisida pada tanaman bawang merah di Kebun Baru, Kayu Aro Barat, Kerinci, Jambi, Jumat (7/8/2020). Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo,  berharap agar KUR pertanian pada tahun depan bisa meningkat hingga Rp 80 triliun dari alokasi tahun ini sebesar Rp 60 triliun.
Foto: ANTARA/Wahdi Septiawan
Petani menyemprotkan cairan pestisida pada tanaman bawang merah di Kebun Baru, Kayu Aro Barat, Kerinci, Jambi, Jumat (7/8/2020). Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, berharap agar KUR pertanian pada tahun depan bisa meningkat hingga Rp 80 triliun dari alokasi tahun ini sebesar Rp 60 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, menyatakan tengah mengupayakan adanya peningkatan alokasi kredit usaha rakyat (KUR) sektor pertanian pada tahun 2021. Pihaknya berharap agar KUR pertanian bisa meningkat hingga Rp 80 triliun dari alokasi tahun 2020 sebesar Rp 60 triliun.

"Tahun depan saya sudah minta agar KUR pertanian bisa meningkat Rp 60 triliun sampai Rp 80 triliun, dengan begitu kita berharap pertanian kita bisa terus melakukan mekanisasi yang modern," kata Syahrul dalam webinar Institute for Development of Economics and Finance (Indef)," Senin (30/11).

Baca Juga

Syahrul mengatakan, pemerintah terus mendorong petani dan perusahaan penggilingan beras untuk memanfaatkan fasilitasi KUR agar bisa memperbesar skala usahanya. Selain itu, KUR dapat digunakan untuk merevitalisasi alat dan mesin pertanian yang berguna dalam peningkatan efisiensi biaya produksi.

Mengutip data Kementan, dari total alokasi KUR pertanian 2020 sebanyak Rp 50 triliun, realisasi sudah mencapai Rp 49,7 triliun atau 99,4 persen. Peningkatan alokasi KUR tahun ini cukup signifikan karena pada tahun-tahun sebelumnya alokasi KUR pertanian hanya berkisar Rp 7 triliun-Rp 8 triliun.

Adapun dari segi bunga juga diturunkan dari 7-8 persen menjadi 6 persen tanpa agunan. "Ini akan berguna untuk hilirisasi pasca panen, jadi ke depan petani seharusnya tidak hanya jual gabah saja, tapi juga harus bisa menjual beras. Penggilingan beras di desa-desa harus ditumbuhkan," ujarnya.

Syahrul juga kembali menyinggung soal sektor pertanian yang terbukti masih bertahan hingga kuartal III meski di tengah badai pandemi. Pada kuartal II lalu, sektor pertanian masih dapat tumbuh positif sebesar 2,19 persen di saat sektor usaha lainnya mengalami pertumbuhan negatif. Adapun pada kuartal III pertanian masih mencatatkan positif 2,15 persen meski turun tipis dari kuartal sebelumnya.

Ia menegaskan, pada tahun depan, Kementan akan menggencarkan upaya mekanisasi pertanian berbasis teknologi informasi. Hal itu untuk mendukung revolusi industri keempat yang telah dicanangkan sejak 2018 lalu. Menurutnya, penggunaan internet dalam pengelolaan kawasan budidaya pertanian telah bermunculan yang didukung oleh masuknya generasi milenial ke sektor pertanian.

"Tahun depan kita akan coba intervensi teknologi lebih besar lagi dan saya akan kerja sama dengan para perguruan tinggi. Kita harus melakukan cara-cara yang baru," ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement