Senin 30 Nov 2020 13:10 WIB

Institut Mosintuwu: Teror MIT tak Menyasar Agama Tertentu

Korban MIT selama Januari-November 2020, beragama Islam, Hindu, dan Kristen,

Rep: Ali Mansur/ Red: Erik Purnama Putra
Polisi meninjau lokasi serangan yang diduga dilakukan oleh Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora di Dusun Lewonu, Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (28/11).
Foto: ANTARA/Humas Polres Sigi
Polisi meninjau lokasi serangan yang diduga dilakukan oleh Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora di Dusun Lewonu, Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (28/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Indonesia dikejutkan dengan aksi teror pembunuhan satu keluarga di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng) pada Jumat (27/11). Pelaku diduga adalah kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora.

Institut Mosintuwu menegaskan, serangan yang dilakukan kelompok tersebut dilakukan secara acak, tidak menyasar agama tertentu. Institut Mosintuwu juga mengecam keras aksi keji ini dan menyampaikan belasungkawa terdalam pada semua keluarga korban.

Direktur Institut Mosintuwu, Lian Gogali pun mengajak semua pihak untuk berempati pada keluarga korban dengan tidak menyebarkan foto korban dan peristiwa. Institut Mosintuwu secara khusus meneliti sejarah kekerasan di Poso dan di Sulteng.

"Terdapat dua catatan penting tentang pola kekerasan terjadi. Pertama, pembunuhan keji yang dilakukan kelompok MIT berpola acak, tanpa memandang agama atau suku," jelas Lian saat dikonfirmasi di Jakarta, Senin (30/11).

Lian menjelaskan, data yang dihimpun tim media Mosintuwu menunjukkan di periode Januari-November tahun 2020 kelompok MIT membunuh tiga warga di Kabupaten Poso. Para korbannya dari berbagai pemeluk agama, mulai dari Islam, Hindu, dan juga Kristen.

Fakta itu menunjukkan, para pelaku tidak menargetkan agama tertentu dalam melakukan aksi terornya. "Pada 8 April 2020, kelompok MIT melakukan pembunuhan keji pada Daeng Tapo dan pada 19 April 2020 membunuh Ajeng, keduanya muslim," terang Lian.

Selanjutnya, pada 8 Agustus 2020 mereka membunuh Agus Balumba yang beragama Kristen. Jauh sebelumnya, pada 3 September 2019, mereka juga membunuh Wayan Astika yang beragama Hindu. Terakhir, 27 November 2020 kemarin, MIT secara keji membunuh Naka, Pedi, Yasa, Pinu yang keempatnya beragama Kristen.

"kedua seluruh korban pembunuhan MIT sepanjang 2020 adalah para petani. Pada rentang waktu yang sama, beberapa pembunuhan warga juga terjadi akibat salah tembak oleh aparat keamanan," ungkap Lian.

Selanjutnya, tim media Mosintuwu, mencatat tiga warga menjadi korban salah tembak aparat keamanan sepanjang 2020. Antaranya, Qidam pada tanggal 9 April 2020, Firman dan Syarifudin pada 2 Juni 2020. Ketiga korban adalah petani. Sayangnya hingga sampai dengan saat ini belum ada informasi proses pengadilan bagi aparat keamanan yang melakukan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement