Ahad 29 Nov 2020 21:24 WIB

Logistik Pengungsi Rohingya Dititip ke Pedagang Grosir Aceh

Saat ini jumlah pengungsi Rohingya du Aceh hanya tersisa 364 orang.

 Etnis Rohingya beristirahat setelah perahu yang membawa mereka mendarat di Lhokseumawe, provinsi Aceh, Indonesia, Senin pagi, 7 September 2020.
Foto: AP/Zik Maulana
Etnis Rohingya beristirahat setelah perahu yang membawa mereka mendarat di Lhokseumawe, provinsi Aceh, Indonesia, Senin pagi, 7 September 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Rohingya Kota Lhokseumawe akan menitipkan bantuan logistik pengungsi Rohingya ke sejumlah pedagang grosir dalam upaya mencegah kadaluwarsa dan pembusukan pada beberapa jenis logistik. Ketua Satgas Penanganan Rohingya Kota Lhokseumawe Ridwan Jalil mengatakan pihaknya banyak mendapatkan bantuan dari para relawan untuk pengungsi Rohingya di kamp sementara Balai Latihan Kerja (BLK) Lhokseumawe itu.

Namun ada beberapa jenis logistik yang hampir kadaluwarsa. "Sehingga dari hasil rapat bersama Muspida Kota Lhokseumawe memutuskan untuk dititipkan sementara ke grosir-grosir terdekat," kata Ridwan di Lhokseumawe, Ahad (29/11).

Dia melanjutkan beberapa jenis logistik yang akan dititipkan sementara ke sejumlah toko grosir di wilayah kamp pengungsi seperti beras, mie instan, minyak makan, telur dan beberapa jenis lainnya.

Selama ini, kata dia, beberapa jenis bantuan tersebut disimpan di gudang kamp pengungsian. Mengingat ada yang bersifat kadaluwarsa maka logistik itu akan dititipkan sementara ke grosir, sedangkan bantuan lainnya tetap menjadi stok di gudang.

 

"Muspida telah merekomendasikan bahwa bantuan logistik yang sifatnya kadaluwarsa dan cepat membusuk akan dititip di toko-toko grosir dalam bentuk berita acara," katanya.

Ridwan menjelaskan keputusan tersebut diambil sebagai upaya untuk menjaga agar stok logistik bagi para pengungsi etnis rohingya dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.

Hingga saat ini, menurut dia, tercatat jumlah stok logistik di kamp pengungsi rohingya meliputi beras mencapai 15 ton dan mie instan sekitar 1.800 kotak, sehingga dalam jumlah tersebut dikawatirkan akan terjadi pembusukan dan kadaluwarsa.

"Kita sudah cek gudang logistik tersebut dan ada beberapa jenis bantuan yang hampir kadaluwarsa, sehingga kita putuskan untuk menitipkan sementara logistik itu. Ketika dibutuhkan, maka logistik itu akan kita ambil kembali," katanya.

Seperti diketahui, rohingya terdampar di Aceh terjadi dalam dua gelombang yang totalnya sebanyak 399 orang. Namun kini yang tersisa hanya 364 orang. Di antaranya 31 orang dilaporkan melarikan diri kamps dan empat orang meninggal dunia.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement