Ahad 29 Nov 2020 16:00 WIB

Kurangi Dampak Gawai, Dosen UMY Bentuk Kampung Ramah Anak

Program bertujuan meningkatkan kesadaran literasi digital bagi orang tua dan anak.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Kampus UMY.
Foto: Wahyu Suryana.
Kampus UMY.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Selama pandemi anak-anak banyak menghabiskan waktunya mengakses internet. Padahal, ada dampak negatif yang mengintai mulai dari berkurangnya interaksi sosial dengan lingkungan, sampai dampak psikologis kepada anak-anak kelak.

Untuk itu, sejumlah dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) melakukan pengabdian dengan membangun Kampung Ramah Anak. Program itu dilaksanakan demi mengurangi dampak negatif penggunaan internet kepada anak.

Program diinisasi sejak Maret 2020 di Perumahan Graha Prima Sejahtera, Pedukuhan Jetis, Kalurahan Tamantirto, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul. Dilaksanakan Tim Dosen UMY terdiri dari Twediana Budi Hapsari, Akif Khilmiyah, dan Slamet Riyadi.

Kampung Ramah Anak bertujuan meningkatkan kesadaran literasi digital bagi orang tua dan anak, serta menciptakan ruang kreativitas anak. Sehingga, anak memiliki waktu yang terbagi untuk belajar dan bermain, serta tidak cuma diisi bermain gawai.

Koordinator Tim Pengabdian Mayarakat, Twediana Budi Hapsari mengatakan, Kampung Ramah Anak sempat terhalang pandemi Covid-19. Lalu, berjalan lagi pada Juni dan mulai dibuat membuat struktur pengurus Kampung Ramah Anak. "Mulai menyediakan fasilitas-fasilitas yang ada," katanya.

Ia menjelaskan, dalam program ini ada tiga sentra yang jadi program utama. Pertama ada pusat kreativitas dan pengetahuan anak (Yudhistira) yang salah satu programnya perpustakaan, arena bermain (Gatotkaca), dan pusat kebugaran anak (Prasmana).

"Sebagai pusat kebugaran untuk anak dengan menyediakan alat fitness mini di kampung tersebut," ujar Twediana, yang juga menjabat kaprodi Komunikasi dan Konseling Islam UMY tersebut.

Pengurus Kampung Ramah Anak, Hendho WS menyampaikan, Kampung Ramah Anak sangat dibutuhkan di perkampungannya karena masyarakat menaruh kepedulian kepada anak. Terlebih, ketika anak-anak sangat terpengaruh budaya memakai gawai berlebihan.

"Berharap program ini dapat mengembalikan dunia anak-anak," kata Hendro.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement