Jumat 27 Nov 2020 17:57 WIB

Apa Itu Wasathiyyah? Ini Penjelasan Quraish Shihab

Wasathiyyah adalah keseimbangan dalam segala persoalan hidup duniawi dan ukhrawi

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Cendekiawan muslim Quraish Shihab
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Cendekiawan muslim Quraish Shihab

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Beberapa tokoh agama Islam menyebut Islam Wasathiyah menjadi solusi untuk menangkal ekstremisme. Sebenarnya apa itu wasathiyyah?

Pendiri Pusat Studi Alquran (PSQ), Prof. M. Quraish Shihab menjelaskan dalam buku yang berjudul Wasathiyyah Wawasan Islam tentang Moderasi Agama, wasathiyyah adalah keseimbangan dalam segala persoalan hidup duniawi dan ukhrawi yang selalu harus disertai upaya menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi. Ini berdasarkan petunjuk agama dan kondisi objektif yang sedang dialami. Jadi, tidak sekadar menghidangkan dua kutub lalu memilih apa yang ada di tengahnya.

Baca Juga

Quraish Shihab menambahkan, wasathiyyah adalah keseimbangan yang disertai dengan prinsip “tidak berkekurangan dan tidak juga berkelebihan”, tapi pada saat yang sama wasathiyyah bukan sikap menghindar dari situasi sulit atau lari dari tanggung jawab. Sebab, Islam mengajarkan keberpihakan pada kebenaran dengan penuh hikmah. Keberpihakan pada kebenaran berlaku dalam semua situasi yang silih berganti di setiap waktu dan tempat.

Wasathiyyah juga menjadi ciri ajaran Islam sebagai keseimbangan antara ruh dan jasad, dunia dan akhirat, agama dan negara, individu dan masyarakat, ide dan realitas, lama dan baru, akal dan naqal (teks keagamaan), dan lain-lain.

Wasathiyyah (moderasi) bukan seperti resep yang tersedia rinciannya, melainkan upaya terus menerus untuk menemukan dan menerapkannya. Ada tiga hal pokok terkait hakikat moderasi. Pertama, akidah/iman/kepercayaan, lalu syariah atau pengalaman ketetapan hukum yang mencakup ibadah ritual dan nonritual, terakhir budi pekerti.

Quraish Shihab menekankan tiga hal pokok tersebut pada hakikatnya merupakan pembagian teoretis dalam konteks keilmuan dan kebutuhan teknis pengajaran. Bukan dalam konteks pengamalan ajaran Islam. Pembagian teknis keilmuan ini jika tidak disadari tujuannya dapat menimbulkan kesalahpahaman yang mengantar pada pemilahannya dalam pengamalan. Padahal dalam pengamalannya, ketiga pokok itu harus menyatu. Pengamalan tidak boleh terlepas dari iman. Sebab, amal tidak sah tanpa iman dan iman pun menuntut pengamalan.

Sama halnya dengan akhlak, karena akhlak bukan hanya sebagai hubungan dengan sesama manusia melainkan dengan seluruh wujud. Dalam memercayai wujud Tuhan, ada akhlak terhadap-Nya. Selain kepada Tuhan, dalam ibadah pun harus ada akhlak yang menyertainya. Selain itu, ketika berhadapan dengan hewan, tumbuh-tumbuhan, dan makhluk tak bernyawa di alam raya juga ada akhlak yang semuanya bercirikan moderasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement