Jumat 27 Nov 2020 14:06 WIB

Disdagin Bandung Klaim tidak Muncul Klaster di 24 Mal

30 persen penyebaran Covid-19 Kota Bandung di sumbang klaster keluarga.

Rep: M Fauzi Ridwan/ Red: Agus Yulianto
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung, Elly Wasliah
Foto: Republika/M Fauzi Ridwan
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung, Elly Wasliah

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung mengklaim tidak terdapat klaster penyebaran covid-19 di 24 mal yang berada di Kota Bandung. Mal-mal di Kota Bandung dinilai sudah menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin.

"Alhamdulillah sejak dimulai relaksasi, khususnya di mal mulai 15 Juni, di Kota Bandung tidak ada klaster mal. Semoga ini bisa bertahan sampai seterusnya," ujar Kepala Disdagin Kota Bandung, Elly Wasliah, Jumat (27/11).

Dia mengungkapkan, pihaknya rutin melakukan pengawasan sejak dimulai relaksasi di sektor perdagangan dan tim yang diterjunkan selalu berbeda. Menurutnya, dua pekan terakhir ini pihaknya menerjunkan 12 tim untuk melakukan pengawasan dan pemantauan penerapan protokol kesehatan di 24 mal yang ada di Kota Bandung.

"Kita terjunkan 12 tim untuk pemantauan penerapan protokol kesehatan di pusat perbelanjaan, toko modern dan toko mandiri," ujarnya.

Menurutnya, pemantauan masih berlangsung dan diperkirakan akan selesai pada Sabtu (28/11) besok. Pihaknya terlebih dulu akan mendata hasil pemantauan dan akan dilaporkan kepada gugus tugas penanganan covid-19 Kota Bandung.

"Minggu ini selesai dulu sampai besok, kita rekap dulu hasilnya dan hari senin akan kami laporkan ke pimpinan," katanya.

Pusat data covid-19 Kota Bandung merilis hingga Kamis (26/11), kasus kumulatif covid-19 mencapai 3.260 kasus, 565 kasus covid-19 aktif, 2.582 kasus sembuh dan 113 kasus meninggal dunia.

Sebelumnya, Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bandung, Ema Sumarna mengatakan, penyebaran covid-19 di Kota Bandung sekitar 30 persen lebih disumbang oleh klaster keluarga. Dia mengatakan, salah satu penyebab terjadinya penyebaran karena kedisiplinan penerapan protokol kesehatan yang rendah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement