Jumat 27 Nov 2020 13:11 WIB

Populasi Lutung Jawa di Gunung Biru Cenderung Bertambah

Pada 2010 sampai 2011, hanya ditemukan kurang dari 100 ekor lutung jawa.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Andi Nur Aminah
Seekor bayi Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) berusia dua belas hari (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Maulana Surya
Seekor bayi Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) berusia dua belas hari (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- The Aspinall Foundation Indonesia Program (TAF IP) mencatat populasi lutung jawa di bentang hutan Coban Talun, Gunung Biru hingga Gunung Anjasmoro cenderung bertambah. Hal ini dapat terjadi setelah TAF IP dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jatim rutin melakukan pelepasliaran lutung.

Project Manager Javan Langur Center, TAF IP, Iwan Kurniawan mengungkapkan, penghitungan populasi awal lutung jawa di hutan Coban Talun, Gunung Biru dan Gunung Anjasmoro. Pada 2010 sampai 2011, hanya ditemukan kurang dari 100 ekor lutung jawa. Setelah tujuh kali pelepasliaran dan berkembangbiak serta berinteraksi dengan populasi liar, jumlah lutung Jawa kian bertambah.

Baca Juga

Pada 2020 TAF-IP mencatat sedikitnya ada 155 ekor lutung jawa di bentang hutan Coban Talun, Gunung Biru hingga Gunung Anjasmoro. "Artinya, ada kecenderungan populasi bertambah di kawasan tersebut," kata Iwan saat dikonfirmasi Republika.co.id, Jumat (27/11).

Kawasan hutan di lereng timur Gunung Biru berada di wilayah kerja UPT Tahura Raden Soerjo. Kawasan tersebut termasuk hutan hujan tropis pegunungan dengan jenis dan bentuk vegetasi yang beragam. Hutan di sekitar Gunung Pusungrawung, Gunung Biru dan Gunung Anjasmoro merupakan salah satu habitat penting berbagai jenis satwa langka. Seperti lutung jawa, kukang jawa, macan tutul jawa, elang jawa, kijang, musang linsang dan lain-lain.

Sebelumnya, TAF IP juga sempat melakukan survei habitat selama 10 tahun terakhir. Tercatat sedikitnya ada 53 jenis tumbuhan tingkat pohon dan 90 persen merupakan jenis tumbuhan pakan yang dikonsumsi lutung jawa. Pakan yang dimaksud seperti Engelhardia spicata, Macropanax dispermus, Elaeocarpus glaber, Quercus sundaicus dan Litsea noronhae

Menurut Iwan, potensi pakan lutung jawa tidak hanya jenis tumbuhan tingkat pohon. Banyak juga dari jenis liana, epifit dan semak. TAF IP juga menemukan sedikitnya ada 17 jenis mamalia berukuran sedang hingga besar di kawasan hutan di lereng Gunung Biru.

Kepala Seksi Konservasi wilayah VI, BKSDA Jatim, Mamat Ruhimat menyatakan, lutung Jawa merupakan salah satu jenis monyet pemakan daun endemik. Satwa ini hanya tersebar di Jawa dan pulau-pulau kecil sekitarnya. Lutung Jawa dianggap rentan karena populasinya yang terus menurun sejak beberapa waktu lalu. "Diperkirakan (menurun) lebih dari 30 persen selama 36 tahun (tiga generasi; panjang satu generasi 12 tahun)," ucap Mamat.

Menurut Mamat, kelangsungan hidup Lutung Jawa sangat tergantung dengan keutuhan hutan tropis baik. Ada sejumlah acaman utama yang berpotensi menyebabkan penurunan populasi Lutung Jawa di alam. Ancaman tersebut antara lain hilangnya habitat akibat pengalihan fungsi hutan, perburuan dan maraknya perdagangan hewan.

Saat ini lutung jawa telah dimasukan ke dalam salah satu satwa yang dilindungi negara. Status perlindungan tersebut didasarkan pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan 

Nomorb106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi. IUCN Red List of Threatened Species versi 2019.1 tahun 2019 memasukkan Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) pada kategori Vulnerable (Rentan kepunahan).

 

 

 

 

Wilda Fizriyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement